Printer 3D Bangun Gedung dalam Hitungan Hari. Kita?

 

๐Ÿ—๏ธ Printer 3D Bangun Gedung dalam Hitungan Hari. Kita?

Dikontribusikan gratis kepada Pemerintah Republik Indonesia

Penulis: Agus Arif Rakhman, M.M., CPSp.

Pengelola Pengadaan Ahli Madya, BMKG RI, Fasilitator Kehormatan Bidang Pengadaan Barang/Jasa LKPP RI, Probity Advisor LKPP RI, Anggota Tim Perumus Peraturan LKPP RI, Ahli Penyusun SOP Pengadaan Barang/Jasa, dan Penulis Buku Pengadaan Barang/Jasa

Selengkapnya dapat diunduh gratis di https://drive.google.com/file/d/1uGe0ygVgZs9yXFed9KVwqKwutxj_2YAn/view?usp=sharing


Daftar Isi

๐Ÿงฉ Executive Summary

"Printer 3D Bangun Gedung dalam Hitungan Hari. Kita?"

Dunia konstruksi sedang memasuki era revolusi. Di berbagai negara, teknologi 3D Construction Printing (3DCP) telah menggantikan cetok dan bata dengan robotik presisi dan efisiensi waktu luar biasa. Rumah dua lantai dicetak hanya dalam lima minggu di Australia, bendungan raksasa dibangun tanpa pekerja manusia di Tiongkok, dan rumah modular ramah lingkungan tumbuh dari printer di Eropa dan Amerika Latin.

Sementara itu, di Indonesia? Kita masih sibuk mencetak dokumen RAB dan proposal proyek, bukan mencetak bangunan.

Artikel ini menyentil kenyataan bahwa Indonesia belum beranjak dari metode konstruksi konvensional, padahal tekanan kebutuhan pembangunan cepat, efisiensi anggaran, dan krisis perumahan semakin nyata. Teknologi 3D printing bukan sekadar gaya-gayaan futuristik โ€” ia adalah jawaban konkret atas masalah nyata sektor konstruksi Indonesia.


โš ๏ธ Permasalahan Kunci yang Diangkat:

  • Ketergantungan berlebihan pada tenaga kerja manual dan metode tradisional.
  • Belum adanya regulasi, sandbox kebijakan, atau kerangka teknis untuk 3DCP.
  • Rendahnya adopsi teknologi di sektor publik akibat resistensi birokrasi.
  • Minimnya showcase dan role model proyek 3D printing di Indonesia.

โœ… Solusi Strategis yang Didorong:

  1. Bangun proyek percontohan 3D printing di wilayah 3T dan pascabencana melalui pendekatan sandbox procurement.
  2. Susun regulasi dan SNI khusus untuk teknologi konstruksi cetak 3D.
  3. Integrasikan 3D printing ke dalam sistem pengadaan modular seperti e-purchasing dan katalog elektronik.
  4. Latih SDM sektor konstruksi dan pengadaan untuk memahami teknologi ini โ€” dari aspek teknis hingga hukum pengadaannya.
  5. Dorong kolaborasi triple helix: startup teknologi, BUMN konstruksi, dan lembaga riset.

๐Ÿ”ฎ Prediksi 2025โ€“2030:

  • Teknologi 3D printing akan masuk pasar konstruksi modular dan rumah instan, terutama di proyek pemerintah.
  • Startup pionir seperti Autoconz dan Modula akan menjadi mitra strategis pemerintah.
  • Perusahaan konstruksi yang tidak bertransformasi akan terpinggirkan oleh model bisnis yang lebih efisien, cepat, dan berbasis data.
  • Indonesia berpotensi menjadi pemimpin pasar konstruksi modular Asia Tenggara jika berani memulai sekarang.

๐ŸŽฏ Kesimpulan Tegas:

Dunia sudah mencetak bangunan dengan printer. Kita masih cetak proposal?
Ini bukan soal teknologi, ini soal keberanian mengubah paradigma.

Jika pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga pengadaan tidak segera beradaptasi, kita bukan hanya tertinggal โ€” kita akan ditinggalkan.
Tapi jika bergerak sekarang, kita tidak hanya bisa mengejar โ€” kita bisa memimpin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membedah Rahasia Dokumen Referensi Harga: Panduan Lengkap Menyusun Prompt untuk Pengadaan Barang yang Efektif dan Transparan

4 Langkah Strategis Pembuatan Etalase Produk Konstruksi Katalog Elekronik

Panduan Praktis: Pemungutan PPN oleh PPK dan Bendahara sesuai PMK 131/2024