4 Langkah Strategis Pembuatan Etalase Produk Konstruksi Katalog Elekronik

 

4 Langkah Strategis Pembuatan Etalase Produk Konstruksi Katalog Elekronik

 

artikel ini adalah bagian kecil dari BUKU KERJA E-PURCHASING, buku terbaru karya saya yang akan segera rilis, sengaja saya bagikan artikel ini atas permintaan banyak kalangan, semoga tulisan ini menjadi bagian sumbangsih saya dalam pembangunan di Indonesia menuju perubahan yang lebih baik, edisi lengkapnya, silahkan nantikan pada buku saya

Ditulis oleh: Agus Arif Rakhman, M.M.

Konsep besarnya adalah PA/KPA atas identifikasi end user bidang konstruksi terkait menetapkan kategori produk konstruksi, kemudian diteruskan oleh PPK bidang konstruksi terkait untuk menyusun spesifikasi teknis dan komponen RAB, barulah dibuatkan etalase di katalog, sehingga penyedia jasa konstruksi akan mengikuti “produk konstruksi” yang sudah diumumkan dan ditetapkan spesifikasi teknis dalam bentuk produk-produk konstruksi, persis seperti kita membeli property lewat online shop

  

  


Mengacu pada Peraturan LKPP Nomor 9 Tahun 2021



Pada artikel ini disampaikan bahwa sejauh buku ini disusun bahwa LKPP tidak menetapkan kriteria produk khusus pada katalog elektronik

Apabila ada sebagian berpendapat bahwa barang dikatalog adalah standar atau dapat distandarkan maka pada capture di atas dapat diklatifikasi jelas bahwa hal tersebut untuk TOKO DARING bukan KATALOG ELEKTRONIK

Syarat Kriteria Barang/jasa e-purchasing standar atau dapat distandarkan adalah untuk Toko Daring bukan Katalog Elekronik

Kemudian pembahasan dilanjutkan dengan merencanakan etalase katalog elektronik pekerjaan konstruksi. Pada bagian ini akan disampaikan konsep pembuatan etalase katalog elektronik berbasis bentuk bangunan. Pekerjaan konstruksi saat ini sudah mulai ditransaksikan melalui katalog elektronik yang mana 2 tahun yang lalu hal ini seperti mustahil dengan alasan bangunan itu selalu unik dan sebagainya.

Saat ini perkembangan pekerjaan konstruksi e-purchasing sudah cukup meluas khususnya untuk jenis konstruksi jalan yang memang satuan ukurannya cenderung lebih mudah dibuatkan etalase dibandingkan jenis konstruksi lainnya. Pada buku ini diperkenalkan konsep dasar pembuatan etalase sebagai berikut:

PEMBUATAN ETALASE KATALOG PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN PRODUK BANGUNAN, BUKAN MILSTONE KONSTRUKSI

Ulasan terkait penggunaan nama-nama output bangunan dalam etalase katalog elektronik LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) memang memberikan perspektif yang berbeda dalam konteks e-purchasing di sektor konstruksi. Pendekatan ini, yang mengutamakan output bangunan seperti ruang kelas, ruang lab, dan sejenisnya, sejatinya membawa dimensi baru dalam praktik e-purchasing yang lebih mirip dengan transaksi di sektor swasta, seperti pembelian rumah atau apartemen secara online.

Aktor utama perencanaan e-purchasing pekerjaan konstruksi adalah Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, bukan membebankan pada ranah persiapan e-purchasing oleh Pejabat Pembuat Komitmen

 

Dalam e-purchasing tradisional untuk konstruksi, katalog biasanya dibuat berdasarkan komponen atau tahapan pekerjaan (misalnya, pekerjaan dinding, pekerjaan atap, dll.). Namun, pendekatan ini sering kali kurang intuitif bagi pengguna akhir yang mungkin tidak memiliki pengetahuan teknis mendalam tentang konstruksi. Sebaliknya, dengan menggunakan nama-nama yang berorientasi pada output bangunan, proses pembelian menjadi lebih mudah dipahami dan diakses oleh pengguna non-teknis.

Pertama, pendekatan berbasis output bangunan memudahkan dalam menetapkan satuan ukuran dan harga. Misalnya, etalase dengan nama "ruang kelas" atau "ruang lab" dapat memiliki spesifikasi yang jelas dan harga yang telah ditentukan, yang memudahkan dalam perencanaan anggaran dan pembuatan keputusan pembelian. Hal ini memungkinkan prosedur pembelian yang lebih transparan dan efisien, mirip dengan cara seseorang memilih dan membeli properti di situs e-commerce.

Kedua, pendekatan ini juga mempermudah penyesuaian berdasarkan lokasi dan kebutuhan spesifik. Misalnya, harga untuk ruang kelas di lokasi urban dapat berbeda dengan harga di lokasi rural, mengingat perbedaan biaya bahan dan tenaga kerja. Ini memberikan fleksibilitas dan realisme yang lebih besar dalam proses pengadaan.

Ketiga, pendekatan ini mendukung standarisasi dan kemudahan dalam pengelolaan katalog. Dengan spesifikasi yang lebih umum dan mudah dipahami, pengelolaan katalog menjadi lebih sederhana dan efisien, baik bagi penyedia layanan maupun bagi pengguna layanan.

Keempat, pendekatan output bangunan mencerminkan evolusi dalam praktik bisnis e-purchasing, menyesuaikan diri dengan tren digitalisasi dan kebiasaan konsumen modern yang mengutamakan kemudahan dan kecepatan transaksi.

Dalam konteks Indonesia, di mana digitalisasi dan efisiensi dalam pengadaan pemerintah menjadi prioritas, pendekatan ini dapat memberikan manfaat yang signifikan. Dengan mengadopsi model bisnis yang lebih mirip dengan sektor swasta, e-purchasing di sektor konstruksi pemerintah dapat menjadi lebih mudah diakses, lebih transparan, dan lebih efisien, sekaligus memberikan hasil yang lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna akhir. Ini tentu akan menjadi langkah maju dalam meningkatkan praktik pengadaan barang dan jasa di Indonesia.

Mengadaptasi pendekatan e-purchasing dalam konstruksi dengan menggunakan konsep "produk-produk bangunan" memang memerlukan perencanaan yang matang dan standarisasi yang jelas, khususnya dalam hal spesifikasi teknis. Langkah-langkah yang Anda sebutkan merupakan fondasi utama dalam mengembangkan etalase katalog elektronik yang efisien dan mudah dipahami, sekaligus mendukung akuntabilitas dalam proses e-purchasing. Berikut adalah analisis mendalam mengenai langkah-langkah tersebut:

 

 1. Penetapan Nama-Nama Produk Bangunan

Penetapan nama produk bangunan yang akan menjadi etalase adalah langkah awal yang krusial. Dalam tahap ini, penting untuk memastikan bahwa setiap nama produk mencerminkan secara akurat fungsi dan karakteristik utama bangunan tersebut. Misalnya, "Ruang Kelas Sekolah Dasar", "Laboratorium Penelitian", atau "Gedung Administrasi Pemerintahan". Nama-nama ini harus jelas dan mudah dipahami oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk mereka yang mungkin tidak memiliki latar belakang teknis dalam konstruksi.

 2. Penyusunan Spesifikasi Teknis oleh Konsultan Perancangan

Konsultan perancangan konstruksi memainkan peran kunci dalam menyusun spesifikasi teknis untuk setiap produk konstruksi. Spesifikasi ini harus mencakup semua aspek teknis yang relevan, seperti dimensi bangunan, bahan yang digunakan, standar keamanan, kepatuhan terhadap regulasi lokal, dan persyaratan lingkungan. Konsultan harus menggunakan keahlian mereka untuk memastikan bahwa spesifikasi ini komprehensif, realistis, dan sesuai dengan standar industri terkini. Penyusunan spesifikasi ini juga harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan efisiensi energi, yang semakin penting dalam konstruksi modern.

 3. Penetapan Spesifikasi Teknis dan Pembuatan Etalase

Setelah spesifikasi teknis disusun, langkah selanjutnya adalah penetapan spesifikasi tersebut untuk setiap produk dan pembuatan etalase dalam sistem e-purchasing. Proses ini melibatkan integrasi spesifikasi teknis ke dalam database elektronik yang akan digunakan oleh pengguna e-purchasing. Setiap etalase produk harus menyediakan informasi yang cukup untuk memungkinkan pengguna membuat keputusan pembelian yang informasi, termasuk detail seperti harga, waktu pengerjaan, dan pilihan kustomisasi jika ada.

 Dukungan terhadap Akuntabilitas dalam E-Purchasing Konstruksi

Pendekatan produk-produk bangunan dalam e-purchasing konstruksi mendukung akuntabilitas dengan beberapa cara:

Ø  Transparansi: Dengan spesifikasi yang jelas dan standar, pembeli dapat dengan mudah memahami apa yang mereka dapatkan, dan penyedia layanan bertanggung jawab untuk memenuhi spesifikasi tersebut.

Ø  Pengadaan Berbasis Data: Keputusan pembelian dapat dibuat berdasarkan data yang objektif dan terstandarisasi, yang mengurangi risiko pembelian yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Ø  Efisiensi Proses: Standarisasi produk dan spesifikasi memudahkan proses pengadaan, mengurangi waktu dan biaya administrasi.

Ø  Kepatuhan terhadap Regulasi: Dengan spesifikasi teknis yang telah disetujui dan disesuaikan dengan regulasi, e-purchasing dapat memastikan kepatuhan terhadap standar hukum dan industri yang berlaku.

 

 



Memperjelas konsep tersebut untuk proses penayangan produk jasa konstruksi berbasis output, bukan milestone, berikut akan dijelaskan satu persatu dari 4 tahapan tersebut secara praktis.

I.Identifikasi Kebutuhan Kategori Produk Jasa Konstruksi

Dalam rangka melakukan identifikasi kebutuhan kategori produk konstruksi yang dibutuhkan pada setiap instansi pemerintah dalam hal ini Pemerintah Daerah sangat berbeda-beda, berikut faktor-faktor yang harus dijadikan pertimbangan dalam menentukan produk jasa konstruksi

Dalam menentukan kategori produk konstruksi yang akan dibangun oleh pemerintah daerah, terdapat sejumlah faktor penting yang harus dipertimbangkan. Faktor-faktor ini membantu dalam mengambil keputusan yang tepat dan efektif, sejalan dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat setempat. Berikut adalah faktor-faktor utama yang perlu dipertimbangkan:

 1. Kebutuhan Masyarakat Lokal

-        Demografi: Memahami komposisi penduduk (usia, pendidikan, pekerjaan) untuk menentukan jenis infrastruktur yang paling dibutuhkan.

-        Kebutuhan Sosial dan Ekonomi: Menilai kebutuhan sosial (seperti pendidikan, kesehatan) dan ekonomi (seperti infrastruktur industri) masyarakat setempat.

 2. Ketersediaan Sumber Daya

-        Anggaran: Evaluasi anggaran yang tersedia untuk proyek konstruksi, termasuk potensi pendanaan dari pemerintah pusat atau sumber lain.

-        Sumber Daya Alam dan Manusia: Memperhitungkan ketersediaan bahan baku lokal dan tenaga kerja yang diperlukan untuk proyek konstruksi.

 3. Pertimbangan Lingkungan

-        Dampak Lingkungan: Mengkaji dampak lingkungan dari proyek konstruksi, termasuk potensi polusi, penggunaan lahan, dan dampak pada ekosistem lokal.

-        Keberlanjutan: Memprioritaskan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, termasuk pemanfaatan energi terbarukan dan teknologi hijau.

 4. Kebijakan dan Regulasi

-        Kepatuhan Hukum: Memastikan bahwa semua proyek konstruksi sesuai dengan peraturan dan kebijakan pemerintah pusat dan daerah.

-        Rencana Pembangunan Jangka Panjang: Menyelaraskan proyek dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah untuk memastikan kesinambungan dan efektivitas.

 5. Prioritas Pembangunan Daerah

-        Visi dan Misi Pemerintah Daerah: Menyesuaikan proyek dengan visi dan misi pemerintah daerah untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan.

 6. Kesiapan Infrastruktur dan Teknologi

-        Infrastruktur Eksisting: Memeriksa kondisi infrastruktur yang sudah ada dan menentukan kebutuhan perbaikan atau peningkatan.

-        Adopsi Teknologi: Memanfaatkan teknologi baru untuk efisiensi dan efektivitas pembangunan.

 7. Respon Terhadap Risiko dan Darurat

-        Ketahanan Bencana: Mengutamakan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap bencana alam dan kondisi darurat.

 Kesimpulan

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, pemerintah daerah dapat mengembangkan strategi pembangunan infrastruktur yang responsif terhadap kebutuhan dan tantangan lokal. Hal ini tidak hanya akan memperkuat infrastruktur daerah tetapi juga akan membantu dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan sosial-ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penulis secara umum menyampaikan hasil identifikasi kategori produk konstruksi secara komprehensif yang dapat dijadikan bahan pertimbangan instansi pemerintah dalam membuat katalog sektoral ataupun katalog lokal atau bahkan mungkin dimuat dalam katalog nasional produk konstruksi berikut ini:

7 Gagasan Kategori Produk Jasa Konstruksi E-Purchasing



Dengan rincian gagasan pada masing-masing sebagai berikut:

i.       Insfrastruktur Transportasi

Contoh Kategori dan Sub Kategori Produk Insfrastruktur Transportasi

 



ii.      Fasilitas Pendidikan dan Penelitian

Kategori produk ini salah satunya dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 22 Tahun 2023 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah



Contoh Kategori dan Sub Kategori Produk Fasilitas Pendidikan dan Penelitian



iii.    Fasilitas kesehatan

Untuk kategori ini, inspirasinya dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2022 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan Rumah Sakit



Contoh Kategori dan Sub Kategori Produk Fasilitas Kesehatan



iv.    Infrastruktur Energi dan Lingkungan

Contoh Kategori dan Sub Kategori Produk Insfrastruktur Energi dan Lingkungan



Berikut adalah penjelasan mengenai output dan outcome dari setiap infrastruktur tersebut:

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL):

-        Output: Output dari pembangunan IPAL adalah sistem pengolahan air limbah yang efisien dan berfungsi dengan baik. Ini mencakup pembangunan fisik seperti saluran pembuangan, kolam pengendapan, dan perangkat pengolahan air limbah seperti filter dan aerator.

-        Outcome: Outcome dari IPAL adalah peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dengan adanya IPAL yang efektif, air limbah dapat diolah dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan. Outcome positifnya adalah air bersih yang lebih tersedia untuk masyarakat, penurunan risiko penyakit terkait air, dan pemeliharaan ekosistem perairan yang sehat.

 

2. Sistem Energi Hibrida (Hybrid Power System):

-        Output: Output dari pembangunan sistem energi hibrida adalah infrastruktur yang menggabungkan berbagai sumber energi, seperti tenaga surya, angin, dan generator bahan bakar. Ini mencakup pemasangan panel surya, turbin angin, baterai penyimpanan, dan sistem pengaturan.

-        Outcome: Outcome dari sistem energi hibrida adalah penyediaan energi yang lebih andal, efisien, dan ramah lingkungan. Dengan sistem ini, sumber energi terbarukan dapat digunakan secara optimal, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meminimalkan gangguan pasokan energi. Ini juga dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap listrik, terutama di daerah terpencil.

 

3. Jaringan Transmisi dan Distribusi Energi:

-        Output: Output dari pembangunan jaringan transmisi dan distribusi adalah infrastruktur kabel, saluran, dan perangkat yang menghubungkan sumber energi dengan konsumen. Ini mencakup pembangunan jaringan listrik yang kuat dan andal.

-        Outcome: Outcome dari jaringan transmisi dan distribusi adalah penyediaan listrik yang stabil, distribusi energi yang efisien, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan jaringan yang kuat, energi dapat disalurkan dengan baik ke berbagai sektor ekonomi, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan standar hidup masyarakat. Outcome ini juga dapat mengurangi kekurangan energi dan pemadaman listrik yang sering terjadi.

 

v.      Pengembangan Kawasan Perumahan dan Komersial



Pembangunan berbagai jenis rumah seperti Rumah Kebun, Rumah Subsidi, Rumah MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), Rumah Modular, dan Rumah Transit memiliki output dan outcome yang berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai output dan outcome dari masing-masing jenis rumah tersebut:

1. Rumah Kebun:

-        Output: Output dari pembangunan Rumah Kebun adalah rumah dengan taman atau kebun yang terintegrasi. Ini mencakup pembangunan fisik rumah dan pengembangan area kebun yang sesuai dengan kebutuhan penghuni.

-        Outcome: Outcome dari Rumah Kebun adalah penyediaan ruang terbuka hijau pribadi bagi penghuni. Ini dapat meningkatkan kualitas hidup dengan memberikan tempat untuk berkebun, bermain, atau bersantai. Outcome lainnya adalah potensi produksi makanan yang dapat mengurangi biaya hidup dan meningkatkan kemandirian pangan.

2. Rumah Subsidi:

-        Output: Output dari pembangunan Rumah Subsidi adalah unit rumah yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Ini mencakup pembangunan fisik rumah atau unit perumahan.

-        Outcome: Outcome dari Rumah Subsidi adalah pemenuhan kebutuhan perumahan bagi mereka yang kurang mampu secara finansial. Outcome positifnya adalah peningkatan akses terhadap perumahan yang layak, mengurangi angka homelessness, dan meningkatkan stabilitas keluarga.

 

3. Rumah MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah):

-        Output: Output dari pembangunan Rumah MBR adalah perumahan yang dirancang khusus untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Ini mencakup pembangunan fisik perumahan dengan fasilitas dasar.

-        Outcome: Outcome dari Rumah MBR adalah peningkatan kualitas hidup dan kemampuan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah. Rumah ini memberikan mereka tempat tinggal yang layak, yang dapat meningkatkan kesejahteraan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.

 

 

 

 

4. Rumah Modular:

-        Output: Output dari pembangunan Rumah Modular adalah rumah yang terbuat dari modul yang diproduksi pabrik dan dirakit di lokasi. Ini mencakup pembangunan fisik rumah menggunakan modul modular.

-        Outcome: Outcome dari Rumah Modular adalah efisiensi konstruksi yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah. Mereka juga dapat dikonfigurasi sesuai kebutuhan, yang dapat mengakomodasi berbagai jenis perumahan dan mengurangi limbah konstruksi.

 

5. Rumah Transit:

-        Output: Output dari pembangunan Rumah Transit adalah fasilitas sementara bagi individu atau keluarga yang membutuhkan tempat tinggal sementara. Ini mencakup bangunan fisik yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara.

-        Outcome: Outcome dari Rumah Transit adalah memberikan tempat perlindungan bagi mereka yang sedang dalam situasi krisis, seperti korban bencana alam atau pengungsi. Ini memberikan stabilitas sementara dan melindungi masyarakat dari risiko dan bahaya yang dapat merusak hidup mereka.

Semua jenis rumah ini memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memenuhi kebutuhan perumahan yang beragam. Outcome yang diharapkan adalah meningkatnya kesejahteraan, pengurangan ketidaksetaraan, dan menciptakan komunitas yang lebih sehat dan berkelanjutan.

 

 

vi.    Pengembangan Kawasan Publik dan Rekreasi

 

Contoh Kategori dan Sub Kategori Kawasan Publik dan Rekreasi

 



Pembangunan taman-taman dengan berbagai tema seperti yang Anda sebutkan memiliki manfaat yang sangat beragam dan dapat memberikan dampak positif yang signifikan pada masyarakat serta lingkungan. Saya akan menjelaskan manfaat nyata dari setiap jenis taman yang Anda sebutkan:

1. Taman Hijau dengan Area Rekreasi:

-        Manfaatnya adalah memberikan ruang terbuka hijau yang sangat dibutuhkan dalam perkotaan, membantu meningkatkan kesejahteraan psikologis masyarakat, dan memungkinkan mereka untuk berolahraga dan bersantai. Ini juga membantu dalam menjaga kualitas udara kota dengan menyediakan sumber oksigen alami.

2. Taman Tematik:

-        Taman tematik menawarkan hiburan dan edukasi dalam satu tempat. Mereka bisa menjadi daya tarik wisata yang penting, menarik pengunjung dari berbagai tempat, dan berkontribusi pada perekonomian lokal. Selain itu, mereka dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang topik tertentu, seperti sejarah, budaya, atau ilmu pengetahuan.

3. Taman Pendidikan:

-        Taman pendidikan adalah sarana penting untuk mengajarkan nilai-nilai lingkungan kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda. Mereka menyediakan tempat untuk program pendidikan terstruktur tentang alam, ekologi, dan konservasi. Ini membantu meningkatkan kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial.

4. Taman Air:

-        Taman air adalah tempat rekreasi yang populer, khususnya di musim panas. Mereka memberikan kesempatan untuk bermain air, berenang, dan bersantai. Selain itu, taman air juga menciptakan lapangan kerja dalam industri pariwisata dan hiburan.

 

 

5. Taman Seni:

-        Taman seni adalah tempat yang merangkul ekspresi kreatif dan seni visual. Mereka memberikan ruang bagi seniman lokal untuk mengekspresikan karya seni mereka dan juga meningkatkan apresiasi seni di kalangan masyarakat. Taman seni bisa menjadi tujuan wisata budaya.

6. Taman Edukasi Ekologi:

-        Taman ini memiliki peran penting dalam edukasi tentang ekosistem dan pelestarian alam. Mereka memungkinkan pengunjung untuk memahami ekologi lokal dan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Ini bisa mendorong tindakan pelestarian alam.

7. Taman Komunitas:

-        Taman komunitas adalah pusat kegiatan sosial dan rekreasi di lingkungan lokal. Mereka mempromosikan interaksi antarwarga, memperkuat ikatan komunitas, dan memberikan tempat bagi berbagai kegiatan komunitas seperti pesta, pertemuan, dan program pendidikan.

 

 

vii.   Infrastruktur Keamanan dan Keselamatan

 

Contoh Kategori dan Sub Kategori Insfrastruktur Keamanan dan Keselamatan

 



Berikut adalah definisi masing-masing infrastruktur keamanan dan keselamatan yang telah disebutkan:

1.     Rumah Singgah: Rumah singgah adalah fasilitas yang disediakan untuk memberikan tempat menginap sementara bagi individu atau keluarga yang membutuhkan perlindungan dan keamanan. Ini dapat menjadi tempat tinggal sementara bagi korban bencana alam, pengungsi, atau orang yang terancam bahaya.

2.     Command Center: Command center atau pusat komando adalah pusat operasional yang digunakan untuk mengoordinasikan dan mengawasi semua aktivitas atau kejadian yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan. Pusat komando ini dilengkapi dengan teknologi dan sistem komunikasi canggih untuk memantau situasi, mengambil keputusan, dan menyediakan arahan kepada tim keamanan yang terlibat.

3.     Dinding Penahan Banjir: Dinding penahan banjir adalah struktur fisik yang dibangun di sepanjang sungai, sungai, atau daerah rawan banjir lainnya untuk mengendalikan dan mengurangi tingkat banjir. Dinding penahan banjir dapat terbuat dari beton, logam, atau material lain yang kuat dan tahan terhadap tekanan air yang tinggi.

4.     Shelter Anti Gempa: Shelter anti gempa adalah bangunan yang dirancang khusus untuk memberikan perlindungan dan keamanan bagi masyarakat saat terjadi gempa bumi. Shelter ini dilengkapi dengan desain konstruksi yang tahan gempa dan dilengkapi dengan perlengkapan darurat seperti peralatan medis, persediaan air dan makanan, serta sistem komunikasi yang handal.

Infrastruktur keamanan dan keselamatan ini penting dalam melindungi dan memastikan keselamatan masyarakat dari ancaman dan bencana. Dengan adanya infrastruktur ini, diharapkan dapat meningkatkan respons dan mitigasi terhadap situasi darurat, sehingga masyarakat dapat terlindungi dengan lebih baik.

 

II.Penetapan Kategori Produk Jasa Konstruksi

 

Tahapan penting selanjutnya setelah melakukan identifikasi kebutuhan Kategori Produk Kontruksi adalah Penetapan Kategori Produk Konstruksi oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, tahapan ini sangat penting dalam rangka bagian dari proses standarisasi kebutuhan produk konstruksi dan kategori produk konstruksi ini tidak mungkin sama di setiap wilayah Pemerintah Daerah, contohnya Pemerintah Daerah DKI Jakarta mungkin saja membutuhkan Produk Rumah Singgah namun tidak bagi Pemerintah Daerah Maluku Utara misalnya, sehingga penetapan produk jasa konstruksi ini sangat penting adanya untuk kemudian akan ditindaklanjuti dengan penyusunan standar spesifikasi teknis produk konstruksi

Contoh Penetapan Profil Etalase Produk Jasa Konstruksi Pemerintah Daerah X



 

III.Penyusunan Spesifikasi teknis produk konstruksi & komponan RAB

Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari penetapan produk konstruksi oleh Pengguna Anggaran pada suatu Pemerintah Daerah.

Atribut Produk merupakan tanda atau kelengkapan yang menjadi ciri khas spesifikasi teknis Barang/Jasa, seperti tipe, model, dimensi, ukuran, berat, warna dan lain sebagainya. Untuk karakteristik produk konstruksi, atribut produk dapat dijelaskan melalui tipe, model, dimensi, standar layout dan sebagainya, terlebih apabila sudah terdapat kebijakan standar ukuran suatu produk konstruksi seperti yang diatur pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 22 Tahun 2023 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah maka hal ini akan lebih memudahkan karena sudah terdapat kebijakan standar ukuran produk konstruksi yang diatur oleh Pemerintah.

Penyusunan Spesifikasi Teknis Produk Konstruksi Sebaiknya Menggunakan Jasa Konsultan Perancangan Konstruksi Untuk Kemudian Ditetapkan Oleh Pengguna Anggaran Bidang Terkait

Spesifikasi Teknis E-Purchasing Jenis Pekerjaan Konstruksi (Produk Konstruksi)



SPESIFIKASI TEKNIS JENIS PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Dokumen ini adalah produk jasa konsultan perancangan konstruksi untuk menetapkan suatu produk konstruksi dan menjadikan suatu standar kerja produk konstruksi atas nama produk konstruksi tersebut di bawah ini. Dokumen ini menjadi bagian penting dari Pengumuman Penayangan Produk Katalog Elektronik dan menjadi dasar penawaran katalog elektronik oleh penyedia jasa konstruksi dan dapat menyesuaikan harga sesuai dengan lokasi pekerjaan yang dibutuhkan saat transaksi katalog e-purchasing nantinya.


Bagian 1: Identitas Pekerjaan (Wajib)

Kriteria

Deskripsi

Nama Paket Pengadaan

Pembangunan Ruang Kelas


Bagian 2: Ruang Lingkup dan Volume Pekerjaan (Wajib)

Ruang Lingkup

Volume

 

 

 

 

 

 

 

 


Bagian 3: Uraian Spesifikasi Teknis

3a. Spesifikasi Bahan Bangunan Konstruksi (Wajib)

Bahan

Merek/Tipe

Deskripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3b. Spesifikasi Peralatan Konstruksi dan Peralatan Bangunan (Wajib)

No.

Nama Peralatan

Kapasitas

Jumlah

1

Alat Berat (Excavator)

20 ton

1

2

Bulldozer

15 ton

1

3

Wheel Loader

3 m³

1

4

Truk Pasir

10 m³

2

5

Truk Batu

10 m³

2

6

Concrete Mixer

8 m³

1

7

Pompa Beton

60 m³/jam

1

8

Tower Crane

10 ton

1

9

Mobile Crane

20 ton

1

10

Genset

100 kVA

1

11

Kompresor

185 CFM

1

12

Peralatan Las Listrik

300 Ampere

2

13

Peralatan Bor

1.5 kW

2

14

Peralatan Pemotong Beton

5 kW

1

15

Peralatan Pemotong Besi

2.2 kW

1

16

Peralatan Pengecatan

-

Set

17

Peralatan Pemasangan Instalasi

-

Set

18

Peralatan Pengukuran

-

Set

19

Scaffolding

-

100 m²

20

Peralatan Pemadatan Tanah

-

1

21

Peralatan Pelindung Diri (APD)

-

Set

 

3c. Spesifikasi Metode Konstruksi/Metode Pelaksanaan/Metode Kerja (Wajib)

Metode

Deskripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

3d. Spesifikasi Proses/Kegiatan (Wajib)

Proses

Deskripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

3e. Spesifikasi Jabatan Kerja Konstruksi (Wajib)

No

Jabatan dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan

Pengalaman Kerja (tahun)

Sertifikat Kompetensi Kerja

1

Pelaksana

2 tahun

 

 

2

Ahli K3 Konstruksi/ Ahli Keselamatan Konstruksi / Petugas Keselamatan Konstruksi

0

 

 


Bagian 4: Keterangan Gambar



Peta Lokasi: [Lampirkan]

Layout: [Lampirkan]

Potongan Memanjang: [Lampirkan]

Potongan Melintang: [Lampirkan]

Detail Konstruksi: [Lampirkan]


Bagian 5: Rancangan Konseptual Keselamatan Konstruksi

Tahapan Pekerjaan

Identifikasi Bahaya

Kekerapan

Keparahan

Tingkat Risiko

Skala Prioritas

1. Persiapan Lahan

Kecelakaan akibat alat berat

Kecil

Besar

Sedang

2

Terjatuhnya pekerja dari ketinggian

Kecil

Besar

Sedang

2

2. Pekerjaan Pondasi

Kecelakaan saat pemasangan bekisting

Kecil

Besar

Sedang

2

Terjepit atau terluka akibat material konstruksi

Sedang

Sedang

Sedang

2

3. Pekerjaan Struktur

Kecelakaan saat pemasangan beton

Sedang

Besar

Besar

1

Jatuhnya material konstruksi

Sedang

Besar

Besar

1

Terjatuhnya pekerja dari ketinggian

Sedang

Besar

Besar

1

4. Pekerjaan Atap

Terjatuhnya pekerja saat pemasangan atap

Kecil

Besar

Sedang

2

Kecelakaan akibat cuaca buruk

Kecil

Sedang

Kecil

3

5. Pekerjaan Instalasi Listrik dan Mekanikal

Korsleting listrik atau kebakaran

Sedang

Besar

Besar

1

Kecelakaan saat pemasangan instalasi mekanikal

Sedang

Sedang

Sedang

2

6. Pekerjaan Dinding dan Lantai

Kecelakaan saat pemasangan dinding dan lantai

Kecil

Sedang

Kecil

3

Terjatuhnya pekerja dari ketinggian

Kecil

Besar

Sedang

2

7. Pekerjaan Finishing

Kecelakaan saat pengecatan

Kecil

Kecil

Kecil

3

Terluka akibat bahan kimia

Kecil

Sedang

Kecil

3

8. Pembersihan dan Penutupan

Kecelakaan saat pembersihan

Kecil

Kecil

Kecil

3

Terluka akibat material konstruksi

Kecil

Kecil

Kecil

3

Skala prioritas:

1.     Besar: risiko yang harus segera ditangani

2.     Sedang: risiko yang perlu diperhatikan dan ditangani sesuai dengan rencana manajemen risiko

3.     Kecil: risiko yang bisa ditangani dalam waktu yang lebih fleksibel atau sesuai dengan jadwal perawatan rutin

 

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang skala prioritas:

1.     Risiko Besar: Tahap pekerjaan yang memiliki tingkat risiko Besar memerlukan intervensi segera untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja. Pada tahap ini, perlu adanya perencanaan yang baik, peralatan keselamatan yang memadai, serta pelatihan dan pengawasan ketat bagi pekerja. Contoh tindakan yang bisa diambil meliputi penerapan metode kerja yang lebih aman, pemberian peralatan pelindung diri (APD) yang sesuai, serta penyuluhan tentang keselamatan kerja.

2.     Risiko Sedang: Tahap pekerjaan dengan tingkat risiko sedang memerlukan upaya untuk mengurangi risiko melalui manajemen risiko yang sistematis. Tindakan yang bisa diambil meliputi evaluasi prosedur kerja, penyediaan peralatan keselamatan yang memadai, dan pengawasan untuk memastikan pekerja mematuhi aturan keselamatan. Pada tahap ini, pencegahan kecelakaan dapat dilakukan melalui perbaikan perencanaan dan koordinasi antara pekerja dan pihak terkait.

3.     Risiko Kecil: Tahap pekerjaan dengan tingkat risiko Kecil bisa ditangani dengan lebih fleksibel dan dalam jangka waktu yang lebih panjang. Tindakan yang bisa diambil meliputi pengecekan rutin terhadap peralatan dan kondisi kerja, serta penyuluhan tentang keselamatan kerja. Pada tahap ini, risiko kecelakaan relatif lebih kecil, namun tetap perlu dikelola secara efektif untuk menjaga keselamatan pekerja dan menghindari potensi risiko yang lebih besar.

 

Lampiran: Surat Pernyataan Penetapan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi


Bagian 6: Penetapan Nilai Minimal TKDN Pekerjaan Konstruksi

Kriteria

Nilai TKDN Minimal

 

 


Penetapan Spesifikasi Teknis

Dengan ini saya, [Nama Pejabat], selaku Pejabat Pembuat Komitmen, menetapkan bahwa spesifikasi teknis ini telah disusun sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tanda Tangan

 

 

Nama Terang

Jabatan

Stempel Institusi

Tanggal



 

Petunjuk Penggunaan:

1.     Template ini dirancang khusus untuk Unit Pengelola Pengadaan (UPP) dalam mengelola paket pengadaan pekerjaan konstruksi.

2.     Semua bagian yang ditandai sebagai wajib (wajib) harus diisi secara lengkap dan akurat.

3.     Jika suatu item tidak relevan, tandai sebagai "Tidak Berlaku" atau "N/A."

4.     Dukung semua data dan angka dengan dokumen yang relevan.

5.     Patuhi standar hukum dan kepatuhan yang berlaku sesuai dengan regulasi pengadaan nasional.

Ruang Kelas SMU (Contoh Kategori Produk)

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 22 Tahun 2023 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah mengatur kebijakan sebagai berikut:

Rasio  luas ruang kelas minimal 2 (dua) meter persegi per Peserta Didik untuk

1.     sekolah dasar/madrasah  ibtidaiyah/paket A/bentuk lain yang sederajat;

2.     sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/paket B/bentuk lain yang sederajat;

3.     sekolah menengah atas/madrasah aliyah/ paket C/bentuk lain yang sederajat; dan

4.     sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan/bentuk lain yang sederajat; dan

5.     sekolah menengah atas luar biasa

kemudian ditetapkan identifikasi sesuai ketentuan yang berlaku terkait jumlah rombongan belajar atau standar ukuran bangunan yang ditetapkan oleh masing-masing Pemerintah Daerah.

Studi kasus Ruang Kelas Belajar 70 m2 : misalnya ditetapkan Ruang Kelas Belajar Gedung SMU maksimal Peserta Didik adalah 35 orang, maka layout ruang kelas belajar per kelas adalah seluar 70 m2


 

berikut contoh ilustrasi produk jasa konsultan perancangan untuk produk Ruang Kelas Belajar

Untuk ruang kelas belajar pada gedung Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan luas 70 m², berikut adalah ide standar layout:

1. Area Papan Tulis dan Pengajar:

-        Tempatkan papan tulis interaktif atau whiteboard di satu sisi ruangan.

-        Sediakan ruang bagi pengajar di depan kelas, termasuk meja dan kursi guru.

2. Penataan Meja dan Kursi Siswa:

-        Susun meja dan kursi siswa secara teratur, memastikan visibilitas dan aksesibilitas ke papan tulis. Misalnya, 5 baris dengan 5 meja per baris, setiap meja untuk 2 siswa.

3. Area Multimedia:

-        Tempatkan proyektor dan layar proyeksi yang mudah dilihat oleh semua siswa. Pastikan tidak menghalangi papan tulis.

4. Ventilasi dan Pencahayaan:

-        Desain harus memastikan ventilasi yang baik, dengan jendela yang dapat dibuka.

-        Lampu harus ditempatkan secara strategis untuk penerangan yang merata.

5. Ruang untuk Aktivitas Kelompok:

-        Sediakan ruang kosong atau area fleksibel untuk kegiatan kelompok atau diskusi.

6. Penyimpanan dan Rak Buku:

-        Sediakan rak buku atau lemari di sisi ruangan untuk menyimpan buku dan material pembelajaran.

7. Aksesibilitas:

-        Pastikan ruangan mudah diakses oleh semua siswa, termasuk penyandang disabilitas.

Layout ini dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan spesifik sekolah dan preferensi pendidikan, serta mempertimbangkan aspek ergonomi dan kenyamanan bagi siswa dan pengajar.



“Penting diperhatikan bahwa produk konstruksi seperti ini, pada platform online shop katalog elekronik nantinya, penyedia jasa konstruksi tinggal membedakan harga borongan atau lumsum-nya per lokasi, misalnya per kecamatan atau per keluharan, karena kondisi geografis pasti berbeda-beda”

“Seperti halnya Pengembangan Podomoro Group membuat perumahan walau dengan gambar yang sama pun, pasti akan berbeda harga di Medan dengan Jakarta misalnya”

 

Contoh Atribut Produk Ruang Kelas Belajar

1.        Tipe Konstruksi: Menyebutkan apakah ruang kelas menggunakan konstruksi beton, baja, atau material lainnya.

2.        Dimensi Ruang Kelas: Termasuk panjang, lebar, dan tinggi ruang kelas.

3.        Kapasitas Kelas: Jumlah maksimal siswa yang dapat ditampung.

4.        Fasilitas Penunjang: Seperti papan tulis interaktif, proyektor, sistem audio, dan ventilasi udara.

5.        Desain Interior: Detail tentang warna cat, jenis lantai (misalnya keramik, vinyl), dan material plafon.

6.        Furnitur: Termasuk jenis dan jumlah meja dan kursi, serta furnitur tambahan seperti rak buku atau lemari.

7.        Sistem Pencahayaan: Jenis lampu (LED, fluoresen, dll.), serta penataan pencahayaan alami melalui jendela atau skylight.

8.        Konektivitas: Fasilitas untuk akses internet (Wi-Fi), jumlah outlet listrik, dan infrastruktur jaringan lainnya.

9.        Aspek Keamanan: Fitur keselamatan seperti pintu darurat, sistem pemadam kebakaran, dan kamera pengawas.

10.    Aksesibilitas: Fasilitas untuk siswa penyandang disabilitas, termasuk ramp, lift, dan toilet yang dapat diakses.

11.    Efisiensi Energi: Penggunaan material atau teknologi ramah lingkungan untuk efisiensi energi.

12.    Ketahanan Cuaca dan Bencana: Spesifikasi tentang ketahanan terhadap gempa, banjir, dan kondisi cuaca ekstrem.

Menyertakan atribut-atribut ini dalam profil etalase produk Anda akan membantu calon pembeli mengidentifikasi spesifikasi yang mereka butuhkan dan memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian.

Ruang Perpustakaan SMU (Contoh Kategori Produk)

Untuk etalase produk katalog konstruksi dengan kategori gedung Sekolah Menengah Umum (SMU) dan sub kategori "ruang perpustakaan", berikut adalah ide atribut produk yang dapat Anda tentukan:

1.     Tipe Konstruksi: Material yang digunakan (beton, baja, kayu, dll.).

2.     Dimensi Ruang Perpustakaan: Panjang, lebar, dan tinggi ruangan.

3.     Kapasitas: Jumlah maksimal pengunjung yang dapat ditampung.

4.     Jenis Rak Buku: Material, tinggi, dan jumlah rak.

5.     Fasilitas Penunjang: Area komputer, ruang baca, area diskusi, dan ruang tenang.

6.     Sistem Pencahayaan: Jenis lampu dan penataan pencahayaan alami.

7.     Ventilasi Udara: Sistem ventilasi dan penempatan jendela.

8.     Konektivitas: Akses internet, jumlah outlet listrik.

9.     Aspek Keamanan: Sistem keamanan dan pemadam kebakaran.

10.  Aksesibilitas: Fasilitas untuk penyandang disabilitas.

11.  Efisiensi Energi: Penggunaan teknologi hemat energi.

12.  Ketahanan Bencana: Desain tahan gempa atau banjir.

 

Menyertakan atribut-atribut ini dalam profil etalase produk akan memberikan informasi yang lengkap dan detail kepada calon pembeli, sehingga memudahkan proses pengambilan keputusan.



 

IV.Pembuatan Profil Etalase Produk Konstruksi

 

Tahapan penting selanjutnya adalah pembuatan Profil Etalase Produk yang didahului dengan dokumen Penelaahan Produk. Pada buku ini terdapat lampiran file telaahan produk untuk produk konstruksi Ruang Kelas Belajar, setidaknya contoh telaah produk ini memberikan gambaran nyata bagaimana membawa sektor pekerjaan konstruksi yang selama ini pada prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah lebih kental dengan pendekatan proses pembangunan konstruksi, menjadi perspektif produk jasa konstruksi

 

Pemesanan buku karya *Agus Arif Rakhman, M.M.* dapat dilakukan melalui:

Link official store  Shopee: https://bit.ly/buku_agusarifrakhman_shopee 

Link official store Tokopedia: https://bit.ly/buku_agusarifrakhman_tokopedia 

Pemesanan melalui Whatsapp dengan Nina 081556650310


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membedah Rahasia Dokumen Referensi Harga: Panduan Lengkap Menyusun Prompt untuk Pengadaan Barang yang Efektif dan Transparan

Mengulas SE Kepala LKPP No 3 Tahun 2024 Tentang Panduan Penyelenggaraan E-Purchasing Katalog Melalui Metode Mini-Kompetisi Bagi PPK dan PP