Sabtu, 27 September 2025

10 Game-Changer untuk LKPP Baru: Data-First, Market-First, Outcome-First

 Short Paper Innovation

10 Game-Changer untuk LKPP Baru: Data-First, Market-First, Outcome-First


Penulis Agus Arif Rakhman, M.M., CPSp.

Tanggal: 26 September 2025 (Asia/Jakarta)



Ringkasan Eksekutif

Paper ini menyampaikan 10 “game-changer” yang konkret namun visioner untuk lima tahun ke depan: (1) platform pengadaan terbuka berbasis data (OCDS), (2) laboratorium intelijen harga & kewajaran pasar nasional, (3) dynamic market/DPS untuk kategori cepat, (4) mandat GPP ringan berbasis ISO 20400 & LCC, (5) prompt payment ≤14 hari & e-Invoicing, (6) profesionalisasi UKPBJ & playbooks nasional, (7) sistem kinerja pemasok & analitik integritas, (8) innovation procurement (AI/cloud/healthtech) dengan challenge-based, (9) P3DN/TKDN berbasis kinerja via instrumen LPK/MIKH-BN, (10) Procurement Data Commons + MAPS berulang. Semua selaras Perpres 46/2025 dan SE Kepala LKPP 1/2025 (masa transisi), serta akselerasi E-Katalog v6 per SE 9/2024. (Peraturan BPK)


10 Ide Cemerlang (format: tujuan → aksi 100 hari → program 1 tahun → dasar hukum & benchmark)

  1. LKPP sebagai System Orchestrator: Open Platform + OCDS
    Tujuan. Satukan SPSE, E-Katalog v6, dan sistem K/L/PD lewat open API dan publikasi data OCDS agar seluruh siklus kontrak terlacak dan dianalisis publik.
    100 hari. Rilis API gateway prioritas (rencana, tender/mini-komp, pesanan, kontrak, termin). Publikasi data pilot OCDS pada 3 KL & 3 Pemda.
    1 tahun. Wajibkan OCDS untuk paket strategis (≥Rp10 miliar) dan semua e-Purchasing bernilai agregat besar; developer portal dan sandbox.
    Dasar & Benchmark. Perpres 46/2025 (kerangka PBJ), SE 1/2025 (transisi), E-Katalog v6; OCDS (Open Contracting), OECD Digital procurement. (Peraturan BPK)

  2. National Price Intelligence & Fairness Lab
    Tujuan. HPS berbasis pasar nyata (identik/varian/ekuivalen), trimmed median, MAD/IQR, dan price alerts untuk mencegah overpricing/under-speccing.
    100 hari. Data lake (Katalog v6, histori SPSE, referensi ritel), dashboard kewajaran harga 10 komoditas prioritas (ICT, obat-alkes, kendaraan).
    1 tahun. Price index nasional per komoditas; auto-flag deviasi; negotiation assistant berbasis data.
    Benchmark. OECD toolbox & digital transformation (data-driven procurement), OCDS untuk cross-analysis. (OECD)

  3. Dynamic Market / Dynamic Purchasing System (DPS) di Katalog v6
    Tujuan. Buka pasar dinamis untuk kategori berulang/teknologi cepat (cloud, TIK, facility services) dengan masuk-keluar penyedia sepanjang masa berlaku.
    100 hari. Pilot DPS 2 kategori (mis. cloud IaaS/PaaS & perangkat TIK) di Katalog v6; rulebook sederhana.
    1 tahun. Perluasan ke jasa pemeliharaan & layanan kebersihan; supplier onboarding triwulanan.
    Benchmark. DPS Uni Eropa & CLOUD III DPS Komisi Eropa; Inggris (Procurement Act 2023 → Dynamic Markets). (Publications Office of the EU)

  4. Mandat Green–Resilience Procurement ringan (ISO 20400 + LCC)
    Tujuan. Integrasikan kriteria hijau & ketahanan (karbon/energi/bencana) dengan life-cycle costing (LCC) tanpa membebani PPK.
    100 hari. Starter kit GPP (checklist 1 halaman per kategori prioritas: listrik/AC, kendaraan, konstruksi kecil) + contoh klausul kontrak.
    1 tahun. Target minimal 30% paket prioritas gunakan LCC & kriteria GPP; registry bukti penghematan energi/biaya siklus hidup.
    Benchmark. ISO 20400, EU GPP criteria & requirements, OECD green procurement. (ISO)

  5. Prompt Payment ≤14 hari & e-Invoicing terintegrasi
    Tujuan. Turunkan biaya modal UMK/UMKM, naikkan partisipasi & kualitas.
    100 hari. Integrasi e-invoicing & goods acceptance dari SPSE/Katalog ke sistem keuangan pusat/daerah; SLA pembayaran dan auto-status.
    1 tahun. Supplier score memasukkan on-time payment; skema pembiayaan rantai pasok (faktur) bagi UMK.
    Benchmark. OECD praktik pembayaran cepat & digitalisasi rantai nilai pengadaan. (OECD)

  6. Profesionalisasi UKPBJ & National Commercial Playbooks
    Tujuan. Standarisasi pengambilan keputusan dengan playbook (perencanaan, make-or-buy, negosiasi, disputes, perubahan kontrak).
    100 hari. Adaptasi UK Government Commercial Function Playbooks untuk versi Indonesia; latih 200 champions.
    1 tahun. Wajib untuk paket strategis; audit kepatuhan playbook.
    Dasar & Benchmark. Perpres 46/2025 & SE 1/2025 (peran UKPBJ/SDM PBJ); UK PPN-011 & GCF 2024/25. (Peraturan BPK)

  7. Kinerja Pemasok & Analitik Integritas (Past Performance + Anomaly Detection)
    Tujuan. Nilai pemasok dengan metrik mutu/waktu/safety/keluhan; deteksi single-bid, pola kolusi, & bid rotation.
    100 hari. Skor kinerja pemasok untuk 5 komoditas; indikator integritas standar; red-flag otomatis di SPSE/Katalog.
    1 tahun. Skor kinerja memengaruhi shortlisting & bobot non-harga (best-value).
    Benchmark. OECD prinsip integritas; OCDS untuk red-flag analytics. (OECD)

  8. Innovation Procurement: pre-commercial, challenge-based, & AI/Cloud
    Tujuan. Gunakan PBJ untuk mendorong inovasi layanan publik (kesehatan, ketahanan iklim, GovTech).
    100 hari. 3 challenge nasional (mis. telemed rural, flood early warning, AI-assistant layanan publik); DPS/kontrak inovasi.
    1 tahun. Portfolio inovasi dengan pengukuran outcomes; koneksi ke PPDS/TED untuk market sounding.
    Benchmark. OECD public procurement for innovation; Public Procurement Data Space Uni Eropa. (OECD)

  9. P3DN/TKDN berbasis kinerja via LPK/MIKH-BN (tiga prioritas)
    Tujuan. Jadikan P3DN bukan sekadar label, tetapi performance-led: (1) TKDN bersertifikat, (2) PDN non-TKDN berperforma, (3) impor bila PDN/TKDN tidak memenuhi parameter kritis (waktu, mutu, TCO).
    100 hari. Template LPK/MIKH-BN (uji pasar PDN/TKDN, target TKDN, TCO, justifikasi risiko) → diwajibkan sebelum penetapan metode.
    1 tahun. Laporan capaian TKDN berbasis outcome (hemat biaya/energi, on-time delivery).
    Dasar. Perpres 46/2025 & SE 1/2025 (penyesuaian norma PBJ, masa transisi); harmonisasi dengan Katalog v6. (Peraturan BPK)

  10. Procurement Data Commons + MAPS berkala
    Tujuan. Transparansi & feedback loop tata kelola: publikasi dataset terbuka (OCDS) dan asesmen sistemik berulang (MAPS).
    100 hari. Publikasikan starter data (rencana–penayangan–SP–kontrak–BAST) untuk 5 entitas; rencana MAPS light 2026.
    1 tahun. Scorecard nasional PBJ (kompetisi, UMK, TKDN, GPP, kecepatan bayar).
    Benchmark. Laporan MAPS Indonesia; OCDS. (MAPS)


Kenapa Mendesak di Indonesia (2025)  Kepastian hukum & tenggat transisi sudah berjalan

  • Perpres 46/2025 diundangkan 30 April 2025 sebagai perubahan kedua atas Perpres 16/2018—menjadi dasar penataan ulang norma, proses, dan peran kelembagaan PBJ. (JDIH LKPP)

  • SE Kepala LKPP 1/2025 (2 Juni 2025) secara eksplisit memberi koridor masa transisi agar tidak terjadi kekosongan hukum dan menjamin kepastian pelaksanaan sampai aturan turunan siap. (JDIH LKPP)

  • SE Kepala LKPP 9/2024 (27 Desember 2024) mewajibkan implementasi E-Katalog v6, serta menonaktifkan E-Katalog v5 per 31 Desember 2024 (kecuali pengecualian tertentu). Artinya, sejak 1 Januari 2025, seluruh belanja katalog harus bertumpu pada arsitektur v6. (JDIH LKPP)

Implikasi praktis: Kepala LKPP baru perlu menutup “celah transisi” dengan SOP ringkas, playbook eksekusi, dan API minimal—bukan lagi sekadar rencana.

2) Momentum platformisasi: dari aplikasi ke system orchestration

  • Konsolidasi SPSE + E-Katalog v6 butuh open API dan tata kelola data yang konsisten; paket regulasi transisi sudah memberi mandat—tinggal dieksekusi dalam bentuk spesifikasi teknis, sandbox, dan rilis bertahap (rencana → tayang → SP/PO → kontrak → serah terima → bayar). (JDIH LKPP)

  • Menjadikan data kontrak terbuka-standar (OCDS) mempercepat analitik integritas & kinerja tanpa menambah beban PPK. Indonesia memiliki rekam jejak open contracting (Opentender) dan komitmen OGP—basis sosial dan kelembagaannya sudah ada. (Open Contracting Partnership)

Implikasi praktis: terbitkan Standar Minimum Publikasi Data (OCDS-lite) dan portal developer dalam 100 hari.

3) Arah global makin jelas: data-first, green-resilience, dynamic markets

  • OECD (2025) menekankan tiga pilar transformasi digital pengadaan: integrasi lifecycle, adopsi teknologi baru, dan kapabilitas data—tantangan utamanya adalah tata kelola terpadu, keterampilan digital, dan infrastruktur yang usang. (OECD)

  • Uni Eropa meluncurkan Public Procurement Data Space (PPDS) (diluncurkan 24 Sep 2024; go-live 2025) sebagai federasi data pengadaan lintas negara dengan indikator mutu data & dashboards. Ini standar baru keterbukaan & analitik kebijakan berbasis bukti. (single-market-economy.ec.europa.eu)

  • Green Public Procurement (GPP) di UE sudah menyediakan kriteria teknis baku dan metodologi penilaian (mis. bangunan/AC/kendaraan) yang siap diadopsi dan disederhanakan ke konteks Indonesia. (susproc.jrc.ec.europa.eu)

  • Inggris mengarusutamakan Commercial Playbooks (PPN-011) dan Dynamic Markets (turunan Procurement Act 2023): pemasok bisa masuk/keluar secara berkelanjutan, tepat untuk kategori yang cepat berubah (cloud, TIK, facility services). (GOV.UK)

Implikasi praktis: Indonesia perlu mengadopsi DPS/Dynamic Market di E-Katalog v6 dan playbooks untuk paket strategis; keduanya memperluas kompetisi sekaligus menurunkan biaya transaksi.

4) Desakan kinerja domestik: harga-wajar, UMK, TKDN, bayar cepat

  • Peralihan penuh ke v6 membuka peluang price intelligence nasional (median trim, MAD/IQR, price alerts), prompt payment terintegrasi e-invoicing, dan pemetaan kinerja pemasok lintas paket—semuanya berbasis data aktual transaksi. (JDIH LKPP)

  • Studi dan rekomendasi internasional menunjukkan pembayaran cepat menurunkan biaya modal UMK dan menaikkan partisipasi—ini selaras agenda inklusi UMK/PDN/TKDN. (OECD)

Implikasi praktis: tetapkan SLA bayar ≤14 hari dan tampilkan skor kepatuhan pembayaran di profil penyelenggara.

5) Why now yang tak bisa ditunda

  • Regulasi sudah ada + sistem v6 sudah aktif + standar global makin matang. Menunda berarti memperpanjang biaya inefisiensi (harga tak wajar, under-spec, keterlambatan bayar) dan kehilangan manfaat ekonomi PDN/TKDN serta GPP. (JDIH LKPP)


Kalimat pitch (1 paragraf)

“Sejak 1 Januari 2025 belanja katalog berpindah ke E-Katalog v6—sementara Perpres 46/2025 dan SE 1/2025 sudah menyiapkan pagar transisi. Di level global, OECD mendorong data-first procurement, UE mengintegrasikan data lewat PPDS, dan Inggris mempraktikkan playbooks serta dynamic markets. Artinya, ini saatnya LKPP mengunci quick wins: OCDS-lite + API, price-lab, DPS untuk kategori cepat, GPP ringan berbasis LCC, serta prompt payment—agar efisiensi, integritas, dan keberpihakan UMK/PDN terasa di angka, bukan hanya di pidato.” (JDIH LKPP)



Dampak yang Diincar (ringkas)

  1. Value for Money naik: HPS pasar & LCC → efisiensi 5–10% di komoditas besar.

  2. UMK/UMKM & PDN/TKDN meningkat: prompt payment, lotting, DPS.

  3. Integritas lebih kuat: red-flags, data terbuka, skor kinerja pemasok.

  4. Ketahanan & hijau terukur: kontrak berorientasi outcome, LCC, GPP.

  5. Kecepatan & kualitas layanan publik: challenge-based & playbooks.


Rekomendasi Redaksi Kebijakan (pointer praktis)

  • Kepala LKPP tetapkan 3 regulasi turunan ringan:
    a) Standar Publikasi Data PBJ (OCDS minimal fields + open API);
    b) Playbook Nasional (versi Indonesia dari UK PPN-011) untuk paket strategis;
    c) Pedoman GPP-LCC (ISO 20400 aligned) untuk 5 kategori prioritas. (standard.open-contracting.org)

  • Instruksi implementasi: quick wins 100 hari (pilot), scale-up 1 tahun (wajib), scorecard publik triwulanan.


Template (siap pakai, 1 halaman/paket)

A. Identitas Paket: {K/L/PD, kode RUP/SPSE/Katalog, nilai, metode}
B. Target Outcome: {hemat energi x%, waktu layanan y hari, TKDN z%}
C. Strategi Pengadaan: {Katalog v6/DPS/Tender} + alasan value for money
D. Kewajaran Harga: {Tier-1/2/3, median trim, MAD/IQR, TCO/LCC ringkas}
E. P3DN/TKDN: {LPK/MIKH-BN: uji pasar PDN/TKDN, risiko, mitigasi}
F. GPP & Risiko: {kriteria hijau, red-flags, mitigasi, SLA bayar}
G. Kinerja Pemasok: {rekam jejak, score, klausul kinerja, sanksi}
H. Rencana 100-Hari: {pilot, integrasi data, playbook yang dipakai}
I. Akuntabilitas & Data Terbuka: {OCDS fields + tautan dataset}
(Template ini mengikuti Perpres 46/2025 & SE 1/2025; untuk Katalog v6, gunakan API penayangan/kontrak.) (Peraturan BPK)


Simulasi Singkat (narasi 2 menit untuk Kepala LKPP)

“Pak/Ibu, saya mengusulkan tiga lompatan: data-first, market-first, outcome-first.
Pertama, Open Platform—SPSE & Katalog v6 berbicara lewat OCDS dan API; publik dan auditor bisa menilai dari rencana sampai pembayaran. Kedua, Price Intelligence Lab—HPS bukan lagi perkiraan, tapi cermin pasar; red-flag muncul otomatis. Ketiga, Dynamic Market + Playbooks—kategori cepat pakai DPS; paket strategis gunakan playbooks nasional; semua ditutup dengan prompt payment dan GPP-LCC. Hasilnya: lebih murah, lebih cepat, lebih bersih—sekaligus menumbuhkan UMK/PDN dan menekan emisi. Indonesia siap jadi contoh OECD berikutnya.”


Catatan Kepatuhan

  • Dasar Indonesia: Perpres 46/2025 (Perubahan Kedua atas Perpres 16/2018), SE Kepala LKPP 1/2025 (masa transisi), SE 9/2024 (implementasi Katalog v6). (Peraturan BPK)

  • Rujukan Global: OECD Recommendation & Toolbox, OECD Digital/Green, OCDS (Open Contracting), ISO 20400, DPS/PPDS & playbooks UK. (OECD)


Tiga Pertanyaan Penajaman (maks. 3)

  1. Prioritas 2026–2027 Kepala LKPP yang harus “gol” duluan: harga-wajar, UMK/PDN/TKDN, atau GPP-LCC?

  2. Tiga sektor pilot yang Bapak/Ibu pilih untuk quick wins: ICT, kesehatan, konstruksi kecil, atau lainnya?

  3. Apakah DPS siap dipilotkan di Katalog v6 (cloud & perangkat TIK), atau Bapak/Ibu memprioritaskan playbooks dan price-lab lebih dulu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

10 Game-Changer untuk LKPP Baru: Data-First, Market-First, Outcome-First

  Short Paper Innovation 10 Game-Changer untuk LKPP Baru: Data-First, Market-First, Outcome-First Penulis Agus Arif Rakhman, M.M., CPSp. Tan...