Melampaui Tirani Harga: Dialektika Pengambilan Keputusan dalam E-Purchasing Pemerintah
Melampaui Tirani Harga: Dialektika Pengambilan Keputusan dalam E-Purchasing Pemerintah
Oleh: Agus Arif Rakhman, M.M., CPSp.
Izinkan saya membuka diskursus ini dengan sebuah pertanyaan fundamental: Mengapa dalam pengadaan publik, kita seringkali terjebak dalam apa yang saya sebut "monisme harga" – sebuah reduksi vulgar yang menyederhanakan kompleksitas value for money menjadi sekadar angka-angka?
## Paradoks Harga Terendah
Nietzsche pernah berkata, "There are no facts, only interpretations." Dalam konteks pengadaan publik, obsesi pada harga terendah adalah manifestasi dari apa yang saya sebut "interpretasi primitif" terhadap konsep value for money. Ini adalah sebuah kekeliruan epistemologis yang harus kita dekonstruksi.
## Hierarki Pertimbangan: Sebuah Manifesto
Mari kita bangun apa yang saya sebut "arsitektur keputusan" dalam memilih pelaku usaha, yang melampaui sekadar kalkulasi matematis:
### 1. Transendensi Spesifikasi
- Bukan sekadar checklist teknis, tapi apa yang saya sebut "kesesuaian ontologis" dengan kebutuhan
- Spesifikasi adalah "bahasa kebutuhan" yang harus diterjemahkan dalam konteks holistik
### 2. Fenomenologi Market Share
- Market share bukan sekadar statistik, tapi adalah apa yang saya sebut "kristalisasi kepercayaan pasar"
- Jumlah terjual adalah "bahasa pengalaman kolektif" yang melampaui sekadar angka
- Track record adalah "narasi kepercayaan" yang terbangun dalam ruang dan waktu
### 3. Ontologi Ketersediaan
- Stock availability adalah manifestasi dari apa yang saya sebut "kesiapan eksistensial"
- Man power bukan sekadar jumlah, tapi "potensi aktualisasi" dalam delivery
- Seperti kata Heidegger, "Readiness-to-hand" (Zuhandenheit) adalah esensi dari ketersediaan
### 4. Dialektika Purna Jual
- Layanan purna jual adalah apa yang saya sebut "extended responsibility"
- Garansi bukan sekadar jaminan, tapi "komitmen eksistensial"
- Service adalah "dialog berkelanjutan" antara penyedia dan pengguna
### 5. Epistemologi Kandungan Lokal
- TKDN bukan sekadar persentase, tapi adalah "manifestasi kedaulatan ekonomi"
- PDN vs Impor adalah "dialektika kemandirian" yang harus dimaknai secara strategis
- Seperti kata Friedrich List, "The power of producing wealth is infinitely more important than wealth itself"
### 6. Temporalitas Delivery
- Waktu bukan sekadar durasi, tapi adalah "ruang manifestasi komitmen"
- Survei pasar adalah "validasi temporal" dari kapabilitas
- Seperti kata Augustine, "Time is not a thing, but a relationship"
### 7. Kulminasi Harga
- Harga adalah kulminasi dari semua pertimbangan di atas
- Bukan alpha dan omega, tapi omega saja
- Seperti kata Marx, "Price is not value, but its expression"
## Implementasi Praktis
Bagaimana mengoperasionalisasikan hierarki pertimbangan ini? Saya mengusulkan apa yang saya sebut "Matriks Keputusan Holistik":
1. *Tahap Identifikasi Kebutuhan*
- Definisi clear tentang "what matters most"
- Penetapan hierarki kriteria
- Formulasi "minimum acceptable level" untuk setiap kriteria
2. *Tahap Validasi Pasar*
- Market intelligence yang komprehensif
- Verifikasi track record
- Analisis kapabilitas riil
3. *Tahap Evaluasi Holistik*
- Penilaian multi-dimensi
- Pembobotan yang proporsional
- Sintesis final yang mempertimbangkan trade-off
## Implikasi Sistemik
Pendekatan ini akan menciptakan apa yang saya sebut "ekosistem value for money yang otentik" dimana:
- Pelaku usaha berkompetisi pada multiple dimensions
- Kualitas menjadi diferensiator utama
- Harga menjadi resultante, bukan determinan
## Penutup: Menuju Paradigma Baru
"Ketika kita melampaui tirani harga dalam pengadaan publik, yang kita lakukan bukanlah sekadar mengubah cara memilih, tapi mentransformasi cara kita memaknai nilai. Sebab dalam dialektika pengadaan publik, keputusan yang bijak adalah yang mampu mengharmoniskan dimensi teknis, ekonomis, dan strategis dalam satu kesatuan yang koheren."
Pertanyaan kritisnya: Sudahkah kita siap untuk meninggalkan zona nyaman "price-based decision making" menuju "value-based decision making"? Sebab seperti kata Aristotle, "The whole is greater than the sum of its parts." Begitu pula dengan value for money dalam pengadaan publik.
Komentar
Posting Komentar