Dialektika Value for Money: Mengembalikan E-Purchasing pada Fitrah Ekonomi
Dialektika Value for Money: Mengembalikan E-Purchasing pada Fitrah Ekonomi
Oleh: Agus Arif Rakhman, M.M., CPSp.
"The purpose of studying economics is to learn how to avoid being deceived by economists." Pernyataan provokatif Joan Robinson ini menjadi titik tolak yang menarik untuk membedah kembali hakikat pengadaan barang dan jasa pemerintah. Mari kita mulai dengan pertanyaan fundamental: Mengapa kita seringkali terjebak dalam kompleksitas prosedural dan melupakan esensi dasar dari sebuah transaksi ekonomi?
## Paradoks Pengadaan Modern
Adam Smith dalam "The Wealth of Nations" mengingatkan kita bahwa "It is not from the benevolence of the butcher, the brewer, or the baker that we expect our dinner, but from their regard to their own interest." Ironis bahwa dalam konteks pengadaan pemerintah, kita justru menciptakan sistem yang menjauhkan kita dari prinsip dasar ekonomi ini.
Value for money – sebuah konsep yang seharusnya menjadi raison d'ĂȘtre dari setiap transaksi pengadaan – sering tereduksi menjadi sekadar ritual administratif. Padahal, seperti yang dikatakan Peter Drucker, "Efficiency is doing things right; effectiveness is doing the right things." Value for money adalah perpaduan sempurna dari kedua dimensi ini.
## Fitrah Ekonomi dalam E-Purchasing
Mari kita bedah anatomi sebuah pilihan ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita hendak membeli sepiring nasi goreng, apa yang kita lakukan? Apakah kita mengadakan tender untuk semua warung nasi goreng di sekitar kita? Tentu tidak. Kita memilih berdasarkan pengalaman, reputasi, dan berbagai pertimbangan rasional lainnya.
Inilah yang saya sebut sebagai "epistemologi pilihan ekonomi" – sebuah proses alamiah dimana pembeli menggunakan akumulasi pengetahuan dan pengalamannya untuk membuat keputusan. E-purchasing, pada hakikatnya, adalah upaya untuk mengembalikan proses pengadaan pada fitrah ekonomi ini.
## Transendensi dari Kompetisi ke Seleksi
"Competition is a sin," kata John D. Rockefeller. Meski konteksnya berbeda, ada wisdom menarik di sini. Dalam e-purchasing, kita bergerak dari paradigma "kompetisi artifisial" menuju "seleksi natural". Ini adalah apa yang saya sebut "transendensi paradigmatik" dalam pengadaan publik.
Mengapa? Karena kompetisi dalam tender seringkali menciptakan apa yang saya sebut "teater efisiensi" – sebuah pertunjukan dimana para pelaku seolah berkompetisi, padahal sebenarnya mereka sedang memainkan drama yang sudah diatur sebelumnya.
## Anatomii Value for Money
Value for money berdiri di atas tiga pilar utama:
1. Economy (Ekonomis) - "Getting things cheap"
2. Efficiency (Efisiensi) - "Getting things done right"
3. Effectiveness (Efektivitas) - "Getting the right things done"
Namun saya menambahkan pilar keempat: "Ecological Value" – dampak sistemik terhadap ekosistem ekonomi secara keseluruhan. Inilah yang membedakan e-purchasing dari sekadar proses transaksional biasa.
## Solusi Struktural
Untuk mengembalikan e-purchasing pada hakikat value for money, kita membutuhkan beberapa transformasi fundamental:
### 1. Rekonstruksi Mindset
- Dari "pengadaan sebagai prosedur" menjadi "pengadaan sebagai instrumen ekonomi"
- Dari "kompetisi artifisial" menjadi "seleksi natural berbasis nilai"
- Dari "efisiensi prosedural" menjadi "efektivitas substansial"
### 2. Reformulasi Sistem
- Implementasi "sistem rating berbasis kinerja" untuk supplier
- Pengembangan "database pengalaman transaksi" yang transparan
- Penciptaan "mekanisme feedback loop" yang efektif
### 3. Revitalisasi Ekosistem
"Trade follows the flag," kata pepatah lama. Dalam konteks e-purchasing, saya modifikasi menjadi "Trade follows integrity." Kita perlu membangun ekosistem yang:
- Mendorong pelaku usaha dari berbagai level (reseller hingga distributor) untuk berpartisipasi secara sehat
- Menciptakan "meritokrasi ekonomi" berbasis track record
- Membangun "sistem reputasi digital" yang kredibel
## Implikasi Praktikal
Milton Friedman pernah mengatakan, "One of the great mistakes is to judge policies and programs by their intentions rather than their results." Dalam konteks e-purchasing, kita perlu memastikan bahwa:
1. Sistem mendorong "natural selection" berbasis kinerja
2. Pembeli memiliki akses terhadap informasi yang komprehensif
3. Pelaku usaha mendapat insentif untuk menjaga reputasi
4. Ekosistem mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat
## Penutup: Menuju Paradigma Baru
"The art of economics consists in looking not merely at the immediate but at the longer effects of any act or policy," kata Henry Hazlitt. E-purchasing bukanlah sekadar sistem belanja digital, tapi instrumen transformasi ekonomi yang mengembalikan proses pengadaan pada fitrahnya.
Yang kita butuhkan bukanlah sekadar perbaikan teknis, tapi revolusi paradigmatik dalam memahami value for money. Seperti kata Keynes, "The difficulty lies not so much in developing new ideas as in escaping from old ones."
"Ketika kita bicara value for money dalam e-purchasing, yang kita bicarakan bukanlah sekadar efisiensi transaksional, tapi transformasi fundamental dalam cara negara berinteraksi dengan pasar. Sebab pada akhirnya, pengadaan publik yang baik adalah yang mampu menghadirkan nilai optimal bagi negara sembari memutar roda ekonomi secara berkeadilan."
Komentar
Posting Komentar