IDENTIFIKASI ALTERNATIF KEBUTUHAN “OBAT SAKIT KEPALA” UNTUK KANTOR PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN

 

# 5

 

IDENTIFIKASI ALTERNATIF KEBUTUHAN “OBAT SAKIT KEPALA” UNTUK KANTOR PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN

 




Bandung, 6 April 2024

Penulis: Agus Arif Rakhman, M.M.

Pengelola Pengadaan Ahli Madya, BMKG RI, Fasilitator Kehormatan Bidang Pengadaan Barang/Jasa LKPP RI, Probity Advisor LKPP RI, Anggota Tim Perumus Peraturan LKPP RI, Ahli Penyusun SOP Pengadaan Barang/Jasa 

 

A.     PENGANTAR 

Dalam konteks peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya di lembaga pemerintah, identifikasi kebutuhan barang dan jasa merupakan langkah awal yang krusial. Artikel ini berjudul "IDENTIFIKASI ALTERNATIF KEBUTUHAN (obat sakit kepala) PADA KANTOR PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN" membahas secara mendalam tentang aplikasi metodis dari "9 langkah taktis identifikasi kebutuhan barang/jasa", dengan fokus khusus pada tahapan awal, yaitu Langkah 1 hingga 3. Langkah-langkah ini meliputi identifikasi jenis/tipe, klasifikasi spesifikasi teknis dari kualitas rendah sampai tinggi, dan analisis korelasi antara kedua aspek tersebut. Penyajian identifikasi ini diharapkan dapat dilakukan melalui formulir identifikasi kebutuhan yang sistematis, memudahkan dokumentasi dan evaluasi. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk mengoptimalkan pemilihan dan pengadaan obat sakit kepala, sebagai objek barang yang diidentifikasi, dalam mencapai standar kesehatan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kualitas dan spesifikasi teknis. Dengan demikian, proses ini tidak hanya memastikan pemenuhan kebutuhan medis secara tepat dan efisien, tetapi juga mendukung prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran pemerintah. Ini menjadi penting mengingat obat sakit kepala merupakan kebutuhan dasar dalam fasilitas kesehatan pemerintah, yang memerlukan pemilihan produk yang tidak hanya efektif, tetapi juga cost-effective dan sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku.

 

B.     LANGKAH 1 : IDENTIFIKASI JENIS/TIPE BARANG/JASA



Dalam merancang dokumen identifikasi kebutuhan barang/jasa untuk instansi pemerintah, pertimbangan yang mendalam terhadap tugas dan fungsi lembaga tersebut menjadi prasyarat utama. Terkait dengan pengadaan obat sakit kepala, analisis berikut ini mencakup berbagai alternatif yang tersedia di pasaran Indonesia, disertai dengan fungsi kebutuhannya, karakteristik unik, serta contoh merek yang populer dan produk dalam negeri. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan pemilihan produk yang paling sesuai dengan kebutuhan instansi, sekaligus mengoptimalkan alokasi anggaran.

 

1. Parasetamol/Asetaminofen

-        Fungsi Kebutuhan: Mengurangi rasa sakit ringan hingga sedang dan menurunkan demam.

-        Ciri Khas: Memiliki risiko efek samping yang relatif rendah bila digunakan sesuai dosis.

-        Contoh Merek: Panadol (populer), Sanmol (produk dalam negeri).

Parasetamol, juga dikenal sebagai Asetaminofen, merupakan salah satu obat analgesik dan antipiretik yang paling umum digunakan untuk mengurangi rasa sakit ringan hingga sedang dan menurunkan demam. Karena profil keamanannya yang baik dan efektivitas yang luas, Parasetamol sering menjadi pilihan utama baik di lingkungan rumah tangga maupun dalam praktik medis profesional.

 

 Fungsi Kebutuhan

Fungsi utama Parasetamol adalah untuk meredakan berbagai jenis rasa sakit, termasuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, serta nyeri akibat kondisi lain seperti artritis, asalkan nyerinya berada dalam kategori ringan hingga sedang. Selain itu, obat ini efektif dalam menurunkan demam, menjadikannya pilihan yang tepat untuk kondisi flu dan pilek yang disertai demam.

 

 Ciri Khas

Ciri khas Parasetamol adalah kemampuannya untuk meredakan rasa sakit dan demam dengan risiko efek samping yang relatif rendah, terutama bila dibandingkan dengan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti Ibuprofen dan Aspirin. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin di otak, yang berperan dalam pengaturan rasa sakit dan suhu tubuh. Keamanan penggunaan Parasetamol menjadi sangat tinggi selama dosis yang direkomendasikan tidak dilampaui, menjadikannya pilihan yang aman untuk berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak dan wanita hamil, dalam dosis yang tepat.

 

 Contoh Merek

Contoh merek Parasetamol yang populer di Indonesia adalah Panadol, yang dikenal luas dan tersedia dalam berbagai bentuk, seperti tablet, sirup, dan supositoria. Sanmol adalah contoh lain dari produk Parasetamol dalam negeri yang juga menawarkan efektivitas dalam meredakan rasa sakit dan demam dengan ketersediaan yang baik di pasar Indonesia.

 

 Keberadaan di Pasar dan Penggunaan

 

Parasetamol tersedia secara luas tanpa resep dokter, memudahkan akses bagi masyarakat umum. Namun, penting untuk mematuhi dosis yang direkomendasikan karena overdosis Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius. Rekomendasi umum adalah tidak mengonsumsi lebih dari 4 gram Parasetamol dalam waktu 24 jam.

Sebagai obat yang memiliki spektrum penggunaan yang luas dengan profil keamanan yang baik, Parasetamol/Asetaminofen tetap menjadi salah satu pilihan utama dalam pengobatan sakit kepala dan penurunan demam. Penggunaannya yang harus sesuai dosis menjadikan obat ini pilihan yang efektif dan aman untuk sebagian besar individu yang membutuhkan pengurangan rasa sakit ringan hingga sedang dan pengelolaan demam.

 

2. Ibuprofen

-        Fungsi Kebutuhan: Antiinflamasi nonsteroid yang efektif mengurangi rasa sakit, demam, dan peradangan.

-        Ciri Khas: Tidak direkomendasikan untuk individu dengan kondisi tertentu seperti ulkus peptikum atau gagal ginjal.

-        Contoh Merek: Proris (populer), Ibuprofen Kimia Farma (produk dalam negeri).

Ibuprofen termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan digunakan secara luas untuk meredakan rasa sakit, mengurangi demam, serta mengatasi peradangan. Sebagai salah satu obat paling umum dan efektif dalam kategorinya, Ibuprofen menjadi pilihan bagi banyak individu yang mencari pengobatan untuk berbagai kondisi yang berkaitan dengan rasa sakit dan inflamasi.

 

 Fungsi Kebutuhan

Ibuprofen efektif dalam mengurangi berbagai jenis rasa sakit mulai dari sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri haid, hingga rasa sakit yang terkait dengan artritis. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk menurunkan demam dan mengatasi kondisi inflamasi seperti peradangan sendi. Mekanisme kerjanya melibatkan penghambatan enzim yang berperan dalam produksi prostaglandin, molekul yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan inflamasi di dalam tubuh.

 

 Ciri Khas

Salah satu ciri khas Ibuprofen adalah kemampuannya untuk memberikan efek analgesik sekaligus antiinflamasi, menjadikannya pilihan yang efektif untuk kondisi yang melibatkan peradangan selain hanya rasa sakit atau demam. Namun, karena efek samping potensialnya, Ibuprofen tidak direkomendasikan untuk individu dengan kondisi tertentu seperti ulkus peptikum, gangguan ginjal, atau mereka yang memiliki riwayat reaksi alergi terhadap NSAID lainnya. Penggunaannya perlu dilakukan dengan hati-hati, terutama pada dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang, karena dapat meningkatkan risiko masalah kardiovaskular dan gastrointestinal.

 

 Contoh Merek

 

Proris dan Ibuprofen Kimia Farma adalah contoh merek Ibuprofen yang populer dan tersedia di Indonesia. Kedua produk ini menawarkan efektivitas Ibuprofen dalam format yang mudah diakses oleh publik, baik dalam bentuk tablet, kapsul, maupun sirup, memenuhi kebutuhan pengobatan rasa sakit dan inflamasi bagi berbagai kelompok usia.

 

 Keberadaan di Pasar dan Penggunaan

Ibuprofen tersedia baik secara over-the-counter (OTC) maupun resep untuk konsentrasi yang lebih tinggi. Meskipun efektif dan umum digunakan, penting bagi pengguna untuk memperhatikan dosis yang disarankan dan mempertimbangkan potensi interaksi dengan obat lain serta kondisi kesehatan pribadi sebelum mengonsumsinya.

Ibuprofen adalah pilihan yang efektif dan serbaguna untuk mengatasi rasa sakit dan inflamasi. Dengan pemahaman yang baik tentang kapan dan bagaimana menggunakannya, serta memperhatikan kontraindikasi dan potensi efek samping, Ibuprofen dapat menjadi bagian penting dari pengobatan rumahan maupun profesional dalam mengelola berbagai kondisi kesehatan yang berkaitan dengan rasa sakit, demam, dan inflamasi.

 

3. Naproxen

-        Fungsi Kebutuhan: Meredakan sakit kepala, nyeri sendi, dan kondisi inflamasi lainnya dengan durasi efek yang lebih lama.

-        Ciri Khas: Efek antiinflamasi yang kuat dengan durasi penggunaan yang lebih panjang dibandingkan Ibuprofen.

-        Contoh Merek: Naproxen (umum), Invepain (produk dalam negeri).

 

Naproxen merupakan salah satu anggota dari keluarga obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi nyeri dan inflamasi. Obat ini terkenal karena efek antiinflamasinya yang kuat serta durasi aksi yang lebih lama dibandingkan dengan beberapa NSAID lainnya, seperti Ibuprofen, membuatnya menjadi pilihan populer untuk pengelolaan nyeri jangka panjang dan kondisi inflamasi kronis.

 

 Fungsi Kebutuhan

Naproxen efektif dalam meredakan berbagai jenis nyeri, termasuk sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri punggung, nyeri haid, dan kondisi yang melibatkan inflamasi, seperti osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Keefektifannya dalam mengurangi demam juga membuatnya berguna dalam pengobatan kondisi demam akibat inflamasi. Mekanisme kerjanya mirip dengan NSAID lainnya, yaitu dengan menghambat enzim yang bertanggung jawab untuk produksi prostaglandin, sehingga mengurangi rasa sakit dan inflamasi.

 

 Ciri Khas

Keunggulan utama Naproxen dibandingkan NSAID lain terletak pada durasi efeknya yang lebih lama, yang memungkinkan penggunaan yang lebih jarang dalam sehari, biasanya cukup dengan satu atau dua kali penggunaan, tergantung pada dosis dan kondisi yang diobati. Efek antiinflamasi yang kuat membuatnya sangat efektif dalam mengatasi kondisi inflamasi kronis. Namun, sama seperti NSAID lainnya, penggunaan Naproxen dapat dikaitkan dengan risiko efek samping pada sistem gastrointestinal dan kardiovaskular, khususnya jika digunakan dalam jangka panjang atau pada dosis tinggi.

 

 Contoh Merek

Naproxen tersedia di pasar dengan berbagai merek, termasuk Naproxen sebagai nama generik dan Invepain sebagai salah satu merek produk dalam negeri di Indonesia. Produk-produk ini tersedia dalam berbagai bentuk, seperti tablet dan suspensi, memudahkan penggunaan sesuai dengan kebutuhan pasien.

 

 Keberadaan di Pasar dan Penggunaan

Sebagai NSAID dengan profil keamanan yang sudah diketahui, Naproxen umumnya tersedia dengan resep dokter untuk memastikan penggunaan yang aman dan terkontrol, terutama untuk pengelolaan kondisi jangka panjang. Penting bagi pengguna untuk mematuhi dosis yang direkomendasikan dan berkonsultasi dengan dokter mengenai potensi interaksi obat dan kondisi kesehatan yang mungkin mempengaruhi penggunaan Naproxen.

Naproxen menawarkan solusi efektif untuk pengelolaan nyeri dan inflamasi dengan keuntungan tambahan berupa durasi efek yang lebih lama, memungkinkan frekuensi dosis yang lebih rendah. Meskipun demikian, seperti semua NSAID, penggunaannya harus dilakukan dengan pertimbangan risiko dan manfaat, khususnya dalam penggunaan jangka panjang atau pada individu dengan kondisi kesehatan tertentu. Pengawasan medis dan pemahaman yang baik tentang obat ini akan memaksimalkan manfaatnya sambil meminimalkan potensi risiko.

4. Aspirin

-        Fungsi Kebutuhan: Selain mengurangi sakit kepala, juga berfungsi sebagai antiplatelet untuk mencegah pembekuan darah.

-        Ciri Khas: Harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan risiko pendarahan atau yang alergi terhadap NSAID.

-        Contoh Merek: Aspirin Bayer (populer), Thrombo Aspilets (produk dalam negeri).

Aspirin, dikenal juga sebagai asetilsalisilat asam, merupakan salah satu obat tertua dan paling banyak digunakan di dunia, yang berfungsi tidak hanya sebagai analgesik untuk meredakan sakit kepala, tapi juga memiliki properti antiinflamasi dan antipiretik. Uniknya, Aspirin juga mempunyai kemampuan sebagai agen antiplatelet, yang berarti dapat mencegah pembekuan darah, menjadikannya penting dalam pengelolaan dan pencegahan kondisi kardiovaskular tertentu.

 

 Fungsi Kebutuhan

 

Aspirin digunakan untuk meredakan berbagai jenis rasa sakit ringan hingga sedang termasuk sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri otot. Obat ini juga efektif untuk menurunkan demam dan mengatasi kondisi inflamasi seperti arthritis. Selain itu, dosis rendah Aspirin secara rutin digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan gangguan pembekuan darah lainnya, berkat kemampuannya menghambat agregasi platelet.

 

 Ciri Khas

Penggunaan Aspirin unik karena dual fungsinya: sebagai pereda nyeri dan sebagai pengencer darah. Ini membuatnya sangat berharga dalam terapi pencegahan penyakit kardiovaskular. Namun, karakteristik ini juga memerlukan penggunaan yang hati-hati, terutama pada individu dengan risiko pendarahan tinggi atau yang memiliki alergi terhadap NSAID. Aspirin dapat meningkatkan risiko pendarahan gastrointestinal dan harus dihindari oleh mereka yang menderita ulkus peptikum atau gangguan perdarahan lainnya.

 

 Contoh Merek

Di pasaran, Aspirin tersedia dalam berbagai merek, dengan Aspirin Bayer dan Thrombo Aspilets menjadi contoh populer. Aspirin Bayer dikenal secara internasional dan sering digunakan dalam pengelolaan nyeri dan pencegahan kondisi kardiovaskular, sedangkan Thrombo Aspilets adalah contoh produk dalam negeri yang juga digunakan untuk tujuan serupa.

 

 Keberadaan di Pasar dan Penggunaan

Aspirin dapat dibeli tanpa resep dalam bentuk dosis rendah untuk penggunaan sebagai agen antiplatelet dan dengan resep untuk aplikasi analgesik dan antiinflamasi dalam dosis yang lebih tinggi. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai penggunaan Aspirin secara rutin, terutama untuk pengelolaan kondisi kardiovaskular, mengingat potensi interaksi obat dan risiko efek samping.

Aspirin merupakan obat yang sangat penting dalam kedokteran modern, berkat kemampuan analgesik, antiinflamasi, antipiretik, dan antiplateletnya. Penggunaannya dalam pencegahan penyakit kardiovaskular telah menyelamatkan banyak nyawa, namun harus dilakukan dengan pemahaman yang baik tentang potensi risiko dan manfaat. Komunikasi yang efektif antara pasien dan dokter sangat penting untuk memastikan penggunaan Aspirin yang aman dan efektif, terutama untuk individu dengan risiko pendarahan atau kondisi medis tertentu.

 

5. Kafein (sebagai aditif)

-        Fungsi Kebutuhan: Meningkatkan efektivitas obat pereda rasa sakit dan mengurangi kelelahan.

-        Ciri Khas: Sering dikombinasikan dengan obat lain seperti parasetamol untuk meningkatkan efek analgesik.

-        Contoh Merek: Panadol Extra (mengandung kafein, populer), Bodrex Extra (produk dalam negeri yang mengandung kafein).

Kafein, dikenal luas sebagai stimulan sistem saraf pusat, sering ditambahkan ke dalam formulasi obat sakit kepala dan obat pereda nyeri lainnya sebagai aditif. Fungsi utamanya dalam konteks ini bukan hanya untuk memberikan efek stimulan yang mengurangi kelelahan tetapi juga untuk meningkatkan efektivitas analgesik obat lain yang dikombinasikan dengannya.

 

 Fungsi Kebutuhan

Penggunaan kafein dalam obat sakit kepala bertujuan untuk meningkatkan efektivitas analgesik obat dengan cara mempercepat dan meningkatkan penyerapan bahan aktif oleh tubuh, sehingga memberikan relief yang lebih cepat dan efektif dari rasa sakit. Kafein juga diketahui memiliki efek analgesik sendiri, terutama terhadap jenis sakit kepala tertentu seperti sakit kepala karena tegangan dan migrain. Selain itu, properti stimulannya membantu mengurangi kelelahan, meningkatkan kewaspadaan, dan dapat memberikan perasaan energi yang diperbaharui, yang sering diinginkan oleh mereka yang mengalami sakit kepala.

 

 Ciri Khas

Karakteristik yang menonjol dari kafein sebagai aditif dalam obat sakit kepala adalah kemampuannya untuk meningkatkan efek analgesik dari bahan aktif lain seperti parasetamol dan aspirin. Efek sinergis ini memungkinkan dosis obat yang lebih rendah sambil mempertahankan atau bahkan meningkatkan efektivitas pereda nyeri, yang dapat membantu mengurangi risiko efek samping yang terkait dengan dosis tinggi obat lain. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan kafein harus dilakukan dengan hati-hati, terutama bagi individu yang sensitif terhadap efek stimulannya atau yang memiliki kondisi tertentu yang dapat diperburuk oleh kafein.

 

 Contoh Merek

Panadol Extra dan Bodrex Extra adalah contoh produk yang mengandung kombinasi kafein dan parasetamol, populer baik di pasar internasional maupun domestik Indonesia. Produk-produk ini menawarkan keuntungan tambahan dari efek sinergis antara kafein dan parasetamol, memberikan relief yang lebih cepat dari rasa sakit dan sensasi kelelahan.

 

 Keberadaan di Pasar dan Penggunaan

Produk yang mengandung kafein sebagai aditif umumnya tersedia tanpa resep dan dapat dibeli di apotek atau toko obat. Meskipun efektif dan aman untuk digunakan oleh kebanyakan orang, penting bagi pengguna untuk memperhatikan jumlah total asupan kafein harian dari semua sumber untuk menghindari efek samping seperti gelisah, insomnia, atau palpitasi jantung.

Kafein sebagai aditif dalam obat sakit kepala menawarkan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan relief nyeri dan mengurangi kelelahan. Melalui efek sinergisnya dengan analgesik lain, kafein memperluas pilihan pengobatan untuk sakit kepala, menawarkan solusi yang baik bagi mereka yang membutuhkan relief tambahan. Namun, seperti semua obat, penting untuk menggunakan produk yang mengandung kafein dengan bijak, mempertimbangkan dosis dan potensi interaksi dengan kondisi kesehatan atau obat lain yang sedang digunakan.

Analisis ini didasarkan pada kajian literatur dan praktik terbaik dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dengan mempertimbangkan keefektifan, keamanan, dan efisiensi biaya. Pilihan obat sakit kepala di atas menawarkan spektrum luas dari pilihan dengan berbagai mekanisme aksi dan profil efek samping, memungkinkan instansi pemerintah untuk menyesuaikan pengadaan sesuai dengan kebutuhan khusus dan tuntutan anggaran. Penggunaan informasi ini dalam dokumen identifikasi kebutuhan diharapkan dapat memandu proses pengadaan secara objektif, transparan, dan akuntabel, sejalan dengan regulasi pengadaan barang/jasa pemerintah yang berlaku.

 

C.     LANGKAH 2: IDENTIFIKASI KLASIFIKASI SPESIFIKASI TEKNIS

 

Dalam menyusun klasifikasi spesifikasi teknis obat sakit kepala, dari kualitas rendah hingga tinggi, pendekatan yang digunakan harus menyeluruh dan berbasis pada analisis ilmiah yang mendalam. Pertimbangan utama dalam klasifikasi ini meliputi efikasi obat, profil keamanan, spektrum penggunaan, serta inovasi dalam formulasi. Pendekatan ini mengakar pada teori kualitas produk dan manajemen risiko, yang mengedepankan pentingnya memilih produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pengguna akhir secara efektif, tetapi juga meminimalkan potensi risiko.

 

1.     Kualitas Rendah: Obat-obatan dalam kategori ini biasanya memiliki efikasi minimal atau kurang konsisten dalam mengurangi gejala. Ini mungkin karena keterbatasan dalam formulasi atau konsentrasi bahan aktif yang lebih rendah. Spesifikasi teknisnya mungkin tidak sepenuhnya memenuhi standar industri farmasi, dengan data keamanan yang kurang lengkap atau efek samping yang lebih signifikan. Contoh dalam kategori ini bisa mencakup produk generik tanpa merek yang kurang dikenal atau produk yang belum melalui penelitian klinis yang memadai.

Mengulas lebih dalam tentang klasifikasi kualitas rendah pada obat sakit kepala, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penempatan sebuah produk dalam kategori ini. Salah satu faktor utama adalah keterbatasan dalam formulasi obat, yang dapat mencakup penggunaan bahan aktif dengan tingkat kemurnian yang lebih rendah atau dalam konsentrasi yang tidak optimal. Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap efikasi obat dalam mengurangi gejala sakit kepala, membuatnya kurang efektif dibandingkan dengan produk yang memenuhi atau melebihi standar industri.

 

Selanjutnya, spesifikasi teknis yang tidak memenuhi standar industri farmasi sering kali berhubungan dengan produksi dan pengujian kualitas yang tidak adekuat. Proses kontrol kualitas yang kurang ketat dapat menyebabkan variabilitas yang lebih besar dalam kualitas produk akhir, sehingga mengurangi konsistensi efikasi dari batch ke batch. Ini adalah aspek kritis yang memisahkan obat kualitas rendah dari produk yang lebih berkualitas.

 

Selain itu, dokumentasi data keamanan yang kurang lengkap merupakan indikator lain dari obat kualitas rendah. Kurangnya studi klinis yang memadai untuk membuktikan keamanan dan efikasi suatu produk dapat meningkatkan risiko efek samping yang tidak diinginkan atau interaksi obat yang berbahaya. Produk-produk ini mungkin tidak telah melalui proses penilaian dan persetujuan yang ketat oleh otoritas kesehatan, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia.

 

Contoh produk dalam kategori kualitas rendah ini sering kali termasuk obat generik tanpa merek atau produk yang kurang dikenal di pasaran. Meskipun beberapa obat generik memang memenuhi standar kualitas dan dapat menjadi alternatif yang ekonomis untuk obat bermerek, ada pula yang gagal memenuhi kriteria kualitas karena faktor-faktor yang telah disebutkan. Produk-produk ini mungkin menawarkan harga yang lebih rendah, tetapi potensi risiko terhadap kesehatan dan keamanan pengguna harus menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan pengadaan di sektor kesehatan, khususnya bagi instansi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan publik.

 

2.     Kualitas Menengah: Produk dalam kategori ini memenuhi standar dasar efikasi dan keamanan. Mereka memiliki data klinis yang mendukung penggunaannya dan diakui dalam praktek medis umum. Spesifikasi teknisnya termasuk konsentrasi bahan aktif yang sesuai dengan pedoman, memiliki efek samping yang dikenal dan diterima dalam batas tertentu, serta efektivitas yang konsisten untuk sebagian besar pengguna. Merek generik terkenal dan beberapa produk paten dengan inovasi minimal bisa termasuk dalam kategori ini.

Dalam konteks kualitas menengah pada obat sakit kepala, produk-produk ini diakui karena keseimbangan antara efikasi dan keamanan yang mereka tawarkan, serta kesesuaian dengan standar industri yang telah ditetapkan. Kategori ini mencakup obat-obatan yang telah melalui pengujian klinis yang cukup untuk menjamin efektivitas mereka dalam mengurangi gejala sakit kepala, dengan data yang menunjukkan bahwa mereka bekerja sebagaimana mestinya untuk mayoritas pasien tanpa menyebabkan efek samping yang serius atau tidak terduga.

 

a.      Efikasi dan Standar Keamanan

 

Produk dengan kualitas menengah memiliki basis data klinis yang solid, menunjukkan bahwa mereka efektif untuk penggunaan yang dimaksudkan. Efikasi ini didukung oleh studi klinis yang menguji produk pada populasi pasien, dengan hasil yang menunjukkan pengurangan gejala yang signifikan dibandingkan dengan plasebo atau standar perawatan lainnya. Standar keamanan untuk obat kategori menengah ini juga memadai, dengan profil efek samping yang telah diketahui dan diterima. Efek samping yang mungkin terjadi biasanya ringan hingga sedang dan reversibel, sehingga risiko terhadap pasien dapat dikelola atau diminimalkan melalui pemantauan dan penggunaan yang tepat.

 

b.     Konsentrasi Bahan Aktif dan Pengakuan Praktik Medis

 

Spesifikasi teknis produk kualitas menengah mencakup konsentrasi bahan aktif yang sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh otoritas kesehatan, seperti BPOM di Indonesia. Konsentrasi ini dirancang untuk memberikan dosis optimal yang menyeimbangkan antara efektivitas dan keamanan, meminimalkan risiko overdosis atau efek samping sambil memastikan bahwa obat dapat meredakan gejala dengan efektif.

Produk dalam kategori ini juga diakui dalam praktik medis umum, sering diresepkan oleh profesional kesehatan untuk mengatasi sakit kepala dengan berbagai etiologi. Pengakuan ini berdasarkan pengalaman klinis yang luas dan literatur medis yang mendukung penggunaan mereka, membuatnya menjadi pilihan populer di kalangan dokter dan pasien.

 

 Contoh Produk

Contoh merek generik terkenal yang masuk dalam kategori kualitas menengah mungkin termasuk versi generik dari parasetamol atau ibuprofen yang diproduksi oleh perusahaan farmasi dengan reputasi baik. Produk-produk ini menawarkan alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan dengan obat bermerek, tanpa mengorbankan efektivitas atau keamanan. Di sisi lain, beberapa produk paten yang menawarkan inovasi minimal, seperti modifikasi ringan dalam formulasi atau metode pengiriman obat, juga bisa masuk ke dalam kategori ini, menawarkan nilai tambah tertentu dibandingkan dengan produk generik standar.

 

Pada dasarnya, klasifikasi obat sakit kepala kualitas menengah ini mendorong ketersediaan opsi terapeutik yang efektif dan aman, dengan harga yang relatif lebih terjangkau, menjadikannya pilihan penting dalam pengelolaan sakit kepala di lingkungan kesehatan, termasuk di instansi pemerintah.

 

3.     Kualitas Tinggi: Obat sakit kepala yang diklasifikasikan dengan kualitas tinggi memiliki spesifikasi teknis yang sangat baik. Ini termasuk efikasi yang superior, profil keamanan yang luas, dan inovasi signifikan dalam formulasi yang meningkatkan penyerapan dan efektivitas. Produk dalam kategori ini seringkali merupakan hasil dari R&D intensif dan mungkin menawarkan solusi bagi pasien yang tidak merespons obat kelas rendah atau menengah. Contoh spesifik bisa mencakup obat paten dengan teknologi pelepasan terkontrol atau kombinasi bahan aktif yang unik untuk efektivitas maksimal.

 

Dari sudut pandang manajemen risiko, pemilihan obat dengan spesifikasi teknis yang tepat esensial dalam mengoptimalkan outcomes kesehatan sambil mengurangi insiden efek samping negatif. Data pendukung dari penelitian klinis dan studi kasus di lapangan membuktikan bahwa kualitas obat berdampak langsung pada keberhasilan pengobatan. Dengan demikian, klasifikasi ini tidak hanya berfungsi sebagai panduan untuk pemilihan produk tetapi juga sebagai alat manajemen kualitas yang penting dalam pengadaan barang dan jasa kesehatan di sektor pemerintah.

 

 

Perbedaan Antara Obat Generik Dan Obat Bermerek (Non-Generik)

Perbedaan antara obat generik dan obat bermerek (non-generik) terletak pada beberapa aspek kunci, yang mencakup paten, biaya, nama, dan persyaratan pengujian. Meskipun kedua jenis obat ini memiliki efikasi yang sama dalam mengobati kondisi kesehatan karena mengandung bahan aktif yang sama, perbedaan tersebut dapat mempengaruhi pilihan pasien dan profesional kesehatan.

 

 Paten dan Eksklusivitas

1.     Obat Bermerek: Obat ini dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan (R&D) ekstensif oleh perusahaan farmasi. Setelah obat baru ditemukan, perusahaan tersebut mendapatkan hak paten, memberikan hak eksklusif untuk menjual obat selama jangka waktu tertentu, biasanya 20 tahun dari tanggal pengajuan paten. Hak paten memungkinkan perusahaan untuk memulihkan biaya R&D dan menghasilkan keuntungan.

2.     Obat Generik: Setelah paten obat bermerek berakhir, produsen obat lain dapat memproduksi dan menjual versi generik. Obat generik harus mengandung bahan aktif yang sama dengan obat bermerek dan harus menunjukkan bahwa mereka bioekivalen dengan obat bermerek, artinya mereka bekerja dengan cara yang sama dalam tubuh dan memberikan hasil klinis yang sama.

 

 Biaya

1.     Obat Bermerek: Biasanya lebih mahal dibandingkan obat generik. Biaya tambahan ini sebagian disebabkan oleh proses R&D, pengujian klinis, pemasaran, dan promosi yang mahal yang diperlukan untuk membawa obat baru ke pasar.

2.     Obat Generik: Cenderung lebih murah karena produsen generik tidak perlu mengulangi R&D yang mahal atau pengujian klinis yang telah dilakukan oleh produsen obat bermerek. Penghematan ini, bersama dengan persaingan antara produsen generik, sering kali menghasilkan harga yang lebih rendah bagi konsumen.

 

 Nama

1.     Obat Bermerek: Memiliki nama dagang yang unik, yang diciptakan oleh perusahaan farmasi. Nama ini sering kali mudah diingat dan digunakan dalam pemasaran.

2.     Obat Generik: Biasanya dinamai berdasarkan nama bahan aktif obatnya. Nama generik ini adalah standar dan digunakan secara universal untuk mengidentifikasi obat.

 

 Persyaratan Pengujian

1.     Obat Bermerek: Harus melewati serangkaian pengujian klinis yang ketat untuk membuktikan keamanan dan efikasi mereka sebelum mendapatkan persetujuan dari otoritas regulasi, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia atau Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.

2.     Obat Generik: Harus menunjukkan bahwa mereka bioekivalen dengan obat bermerek melalui studi yang lebih sedikit dan kurang mahal, tanpa perlu mengulangi uji klinis fase III yang mahal untuk menunjukkan efikasi dan keamanan.

Meskipun terdapat perbedaan ini, penting untuk diingat bahwa obat generik dianggap sama efektif dan amannya dengan obat bermerek oleh otoritas kesehatan. Keputusan untuk menggunakan obat generik atau bermerek sering kali bergantung pada preferensi pasien, nasihat medis, dan pertimbangan biaya.

 

D.    KORELASI LANGKAH 1 DAN 2 ATAS PENETAPAN KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG/JASA

Dalam membangun hubungan teknis antara berbagai jenis dan tipe barang, khususnya obat sakit kepala, dengan klasifikasi spesifikasi dan identifikasi kebutuhan untuk instansi pemerintah, pendekatan yang sistematis dan analitis menjadi penting. Hubungan ini dapat dianalisis melalui lensa teori manajemen pengadaan dan kualitas produk, yang mendukung penciptaan nilai dan efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa oleh instansi pemerintah.

 

1.     Pendekatan Terstruktur terhadap Identifikasi Kebutuhan

Pertama, identifikasi kebutuhan harus diawali dengan analisis mendalam tentang spektrum kebutuhan kesehatan di lingkungan instansi pemerintah. Ini melibatkan evaluasi kebutuhan kesehatan dasar dan spesifik dari pegawai, yang dapat bervariasi dari sakit kepala ringan hingga kondisi yang memerlukan intervensi medis lebih lanjut. Teori kebutuhan Abraham Maslow, meskipun umumnya diterapkan pada psikologi, dapat dimodifikasi untuk menerapkan pada konteks ini, mengidentifikasi kebutuhan dasar kesehatan sebagai prasyarat untuk pencapaian dan kinerja pegawai yang optimal.

 

2.     Klasifikasi Spesifikasi Produk

Kedua, klasifikasi spesifikasi produk, dari kualitas rendah hingga tinggi, harus dibuat berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Kriteria ini meliputi efikasi, keamanan, biaya, dan ketersediaan produk. Dalam konteks obat sakit kepala, ini dapat berarti membedakan antara produk generik dan bermerek, serta mempertimbangkan inovasi dalam formulasi dan mekanisme aksi obat. Model kualitas produk Garvin dapat digunakan di sini, memungkinkan evaluasi berdasarkan delapan dimensi kualitas, termasuk kinerja, fitur, dan keandalan, yang semuanya relevan dalam konteks pengadaan obat.

 

3.     Hubungan Teknis dan Potensi Kebutuhan

Ketiga, hubungan teknis antara jenis obat dan klasifikasi spesifikasinya dengan identifikasi potensi kebutuhan di instansi pemerintah membutuhkan integrasi data dan analisis. Hal ini melibatkan penggunaan teknologi informasi dan basis data untuk memetakan kebutuhan kesehatan pegawai dengan solusi obat yang tersedia. Analisis data besar dapat memberikan wawasan tentang pola kebutuhan kesehatan dan preferensi pengobatan, memungkinkan instansi pemerintah untuk mengoptimalkan pengadaan mereka sesuai dengan kebutuhan nyata.

 

4.     Implementasi dan Evaluasi

Implementasi strategi pengadaan yang terinformasi dengan baik harus diikuti dengan evaluasi berkelanjutan terhadap efektivitas dan efisiensi pendekatan pengadaan. Ini termasuk memantau kepuasan pengguna, analisis biaya-manfaat, dan penilaian dampak kesehatan pegawai. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif, seperti survei kepuasan dan analisis statistik, dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti pendukung tentang keberhasilan strategi pengadaan.

Melalui penerapan teori manajemen pengadaan yang terstruktur, analisis kualitatif dan kuantitatif, serta teknologi informasi, instansi pemerintah dapat menciptakan hubungan teknis yang efektif antara berbagai jenis dan tipe obat sakit kepala dengan klasifikasi spesifikasi dan identifikasi kebutuhan. Pendekatan ini memungkinkan penciptaan strategi pengadaan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan kesehatan pegawai secara efektif tetapi juga mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja.

 

E.      CONTOH PENETAPAN KEBUTUHAN KENDARAAN UNTUK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

 

Untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), rekomendasi terbaik adalah menggunakan obat sakit kepala kategori Kualitas Menengah dari jenis Parasetamol/Asetaminofen dan Ibuprofen. Alasan utama pilihan ini adalah keseimbangan antara efikasi, keamanan, dan biaya, yang sangat penting dalam konteks layanan kesehatan publik yang dihadapkan pada tantangan untuk melayani populasi luas dengan anggaran yang terbatas.

 

 Justifikasi Pilihan:

1.     Efikasi dan Keamanan: Parasetamol dan Ibuprofen dalam kategori kualitas menengah memenuhi standar dasar efikasi dan keamanan, menjadikannya pilihan yang cocok untuk mengobati sakit kepala di lingkungan rumah sakit dengan risiko efek samping yang relatif rendah.

 

2.     Biaya-Efektivitas: Dengan memilih obat kualitas menengah, RSUD dapat memanfaatkan sumber daya anggarannya dengan lebih efisien. Biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan obat kualitas tinggi memungkinkan pembelian jumlah yang lebih besar atau alokasi anggaran untuk kebutuhan kesehatan lainnya.

 

 Perhitungan Anggaran:

Misalkan RSUD memerlukan 20.000 unit Parasetamol dan 10.000 unit Ibuprofen per bulan. Berdasarkan harga pasar:

-        Parasetamol Kualitas Menengah: Rp2.500 per unit

-        Ibuprofen Kualitas Menengah: Rp3.000 per unit

Anggaran bulanan:

-        Parasetamol: 20.000 unit x Rp2.500 = Rp50.000.000

-        Ibuprofen: 10.000 unit x Rp3.000 = Rp30.000.000

-        Total Anggaran: Rp80.000.000

 

 Alasan Tidak Menggunakan Jenis dan Klasifikasi Lain:

 

a.      Kualitas Rendah: Meskipun lebih murah, obat dengan kualitas rendah memiliki efikasi yang kurang konsisten dan risiko keamanan yang lebih tinggi, yang tidak diinginkan dalam pengaturan rumah sakit.

 

b.     Kualitas Tinggi: Walaupun menawarkan spesifikasi teknis yang lebih baik dan efikasi yang superior, biaya yang signifikan lebih tinggi dari obat kualitas tinggi tidak dapat dibenarkan, mengingat kebutuhan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran di RSUD.

 

c.      Naproxen, Aspirin, Kafein: Pilihan untuk tidak memprioritaskan Naproxen, Aspirin, atau Kafein secara eksklusif atau sebagai tambahan utama berdasarkan pertimbangan keamanan penggunaan dan profil efek samping, terutama dalam populasi pasien yang luas dengan kondisi kesehatan bervariasi.

 

Dengan memilih Parasetamol dan Ibuprofen kualitas menengah sebagai obat sakit kepala utama, RSUD dapat mencapai keseimbangan antara efikasi, keamanan, dan biaya, memastikan bahwa layanan kesehatan yang diberikan efektif dan efisien, sekaligus meminimalkan risiko efek samping dan memaksimalkan penggunaan anggaran secara bertanggung jawab.

 

F.      CONTOH SPESIFIKASI KINERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

 

Berikut adalah kriteria Indikator Kinerja Utama (KPI) dan Spesifikasi Kinerja untuk pengadaan Parasetamol/Asetaminofen dan Ibuprofen kualitas menengah di Rumah Sakit Umum Daerah:

 

Nomor

KPI

Angka Kinerja Minimal

Metode Pembuktian Kinerja

1

Efikasi dalam Meredakan Sakit

90% pasien melaporkan perbaikan gejala

Survei kepuasan pasien, data klinis

2

Keamanan Produk

Tingkat kejadian efek samping <5%

Audit medis, laporan keamanan pasien

3

Kesesuaian dengan Standar BPOM

100% produk memenuhi standar BPOM

Sertifikat BPOM, laporan pengujian

4

Biaya Efektivitas

Pengeluaran tidak melebihi Rp80.000.000/bulan

Analisis biaya, laporan keuangan

5

Ketersediaan dan Logistik

100% permintaan terpenuhi tepat waktu

Laporan logistik, catatan pengiriman

 

 Justifikasi KPI:

 

1. Efikasi dalam Meredakan Sakit: Mengukur seberapa efektif obat dalam meredakan gejala sakit kepala pada pasien, merupakan indikator utama keberhasilan produk.

 

2. Keamanan Produk: Memastikan bahwa obat yang digunakan aman bagi pasien dengan memantau tingkat kejadian efek samping, meminimalkan risiko pada pasien.

 

3. Kesesuaian dengan Standar BPOM: Verifikasi bahwa semua produk memenuhi regulasi dan standar kualitas yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, menjamin keamanan dan efikasi.

 

4. Biaya Efektivitas: Memastikan bahwa pengeluaran untuk obat sakit kepala sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, mendukung manajemen anggaran yang efisien.

 

5. Ketersediaan dan Logistik: Menjamin ketersediaan obat tanpa gangguan dan pengiriman tepat waktu ke RSUD, menghindari kekurangan stok yang dapat mengganggu layanan kesehatan.

 

KPI ini dirancang untuk memastikan bahwa pengadaan obat di RSUD tidak hanya efektif dari sisi biaya tetapi juga memenuhi standar kualitas dan keamanan tertinggi, menjamin ketersediaan obat, dan mendukung kepuasan pasien serta hasil kesehatan yang optimal.

 

Berikut adalah spesifikasi teknis untuk pengadaan Parasetamol/Asetaminofen dan Ibuprofen kualitas menengah di Rumah Sakit Umum Daerah, yang mencakup 5 item spesifikasi utama:

 

Nomor

Parameter Teknis

Angka Minimal

1

Konsentrasi Bahan Aktif

>= 98% dari nilai yang dinyatakan pada label

2

Stabilitas Produk

Stabil minimal 2 tahun dari tanggal produksi

3

Rentang pH

4.0 - 7.5 untuk Parasetamol; 6.0 - 8.0 untuk Ibuprofen

4

Keberadaan Kontaminan

<= 0.1% kontaminan berbahaya

5

Solubilitas

Sesuai dengan standar farmakope

 

 Justifikasi Teknis:

1.     Konsentrasi Bahan Aktif: Menjamin konsentrasi bahan aktif yang adekuat adalah kunci untuk efikasi obat. Angka minimal 98% menjamin konsistensi dan keandalan dalam meedakan sakit kepala.

2.     Stabilitas Produk: Durasi stabilitas minimal 2 tahun menunjukkan bahwa obat dapat disimpan dan digunakan dalam periode tersebut tanpa penurunan efikasi signifikan, penting untuk manajemen inventaris RSUD.

3.     Rentang pH: Rentang pH yang ditetapkan memastikan kenyamanan saat dikonsumsi dan minimisasi iritasi gastrointestinal, yang penting untuk kenyamanan pasien.

4.     Keberadaan Kontaminan: Membatasi kontaminan berbahaya mendukung keamanan pasien dan meminimalkan risiko efek samping yang tidak diinginkan, menjaga standar kualitas dan keamanan.

5.     Solubilitas: Memastikan solubilitas obat sesuai dengan standar farmakope berarti obat tersebut akan larut secara adekuat dalam tubuh untuk efek terapeutik maksimal, menjamin bioavailabilitas dan efikasi.

Spesifikasi teknis ini dirancang untuk memastikan bahwa obat yang digunakan oleh RSUD tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar pengobatan sakit kepala tetapi juga menjamin kualitas dan keamanan produk, mendukung kepuasan pasien, dan memastikan penggunaan anggaran yang efisien.

 

G.    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam konteks peningkatan sistem pengadaan barang dan jasa di Rumah Sakit Umum Daerah, analisis mendalam dan terstruktur mengenai kebutuhan obat sakit kepala telah mengungkapkan pentingnya pendekatan yang berbasis pada efikasi, keamanan, dan efisiensi biaya. Rekomendasi untuk memilih Parasetamol/Asetaminofen dan Ibuprofen kualitas menengah ditujukan untuk menyeimbangkan kebutuhan terapeutik pasien dengan keterbatasan anggaran yang dihadapi oleh institusi kesehatan publik. Spesifikasi teknis yang terdefinisi dengan jelas dan kriteria Indikator Kinerja Utama (KPI) yang telah diidentifikasi menawarkan kerangka kerja untuk menjamin pengadaan produk yang tidak hanya efektif dan aman tetapi juga ekonomis.

 

Kesimpulan dari analisis ini menekankan bahwa keberhasilan pengadaan barang dan jasa di sektor kesehatan publik sangat bergantung pada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan secara akurat dan merumuskan spesifikasi yang mencerminkan standar kualitas dan keamanan. Melalui implementasi kriteria seleksi yang ketat dan pemantauan kinerja yang berkelanjutan, RSUD dapat mengoptimalkan pengeluaran sambil memastikan bahwa pasien menerima perawatan kesehatan yang berkualitas.

 

Rekomendasi secara umum untuk semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan adalah untuk terus meningkatkan kompetensi dalam analisis kebutuhan dan evaluasi produk. Integrasi teknologi informasi dan analitik data dapat berperan penting dalam memfasilitasi proses ini, memungkinkan identifikasi kebutuhan yang lebih tepat dan seleksi produk yang lebih informasi. Dengan demikian, diharapkan bahwa upaya-upaya ini akan berkontribusi pada peningkatan kualitas layanan kesehatan publik, mengarah pada kepuasan pasien yang lebih tinggi dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif dan efisien.

Iklan promosi:

 

Pemesanan buku karya Agus Arif Rakhman, M.M. dapat dilakukan melalui:

              Link official store  Shopee: https://bit.ly/buku_agusarifrakhman_shopee

              Link official store Tokopedia: https://bit.ly/buku_agusarifrakhman_tokopedia

              Pemesanan melalui Whatsapp dengan Nina 081556650310

Tiktok @agusarifrakhman1 tautan https://www.tiktok.com/@agusarifrakhman1?_t=8iCf9pC1pTO&_r=1

 

Kepada Yth, 

[Pimpinan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah/ Badan Layanan Umum (BLU)] / [Pimpinan BUMD] 

Di tempat

 

Perihal: Penawaran Jasa Penyusunan Regulasi dan SOP Pengadaan Barang/Jasa

 

Dengan hormat,

 

Saya, Agus Arif Rakhman, M.M., dalam kapasitas saya sebagai pengelola pengadaan ahli madya BMKG RI, fasilitator kehormatan bidang pengadaan LKPP RI, probity advisor LKPP RI, penulis buku pengadaan barang/jasa, dan anggota tim perumus peraturan LKPP, dengan ini mengajukan penawaran jasa profesional dalam penyusunan peraturan dan Standard Operating Procedure (SOP) pengadaan barang/jasa.

Menghasilkan SOP Administrasi Pemerintahan modifikasi dari PermenpanRB Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan SOP Administrasi Pemerintahan dengan struktur pada masing-masing SOP adalah sebagai berikut:

1.      Peraturan Kepala Daerah Tentang Pengadaan Barang/Jasa BLUD di lingkungan Provinsi/Kabupaten/Walikota

2.      Peraturan Direksi BLU/BLUD/BUMD tentang Pengadaan barang/jasa pada “nama BLU/BLUD”

3.      Peraturan Direksi BUMD tentang Pengadaan barang/jasa pada “nama BUMD”

4.      SOP Makro Proses Utama Pengadaan Barang/Jasa

5.      SOP Perencanaan Pengadaaan Barang/Jasa

6.      SOP Persiapan Pengadaan dan Persiapan Pemilihan

7.      SOP Pemilihan Penyedia Melalui Pengadaan Langsung

8.      SOP Pemilihan Penyedia Melalui E-Purchasing

9.      SOP Pemilihan Penyedia Melalui Tender/Seleksi

10.   SOP Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

11.   SOP Pengelolaan Manajemen Penyedia

12.   SOP Pengelolaan Manajemen Kinerja

13.   SOP Pengelolaan Manajemen Risiko

14.   SOP lainnya sesuai permintaan

Berbekal pengalaman luas dan keahlian mendalam dalam pengadaan barang/jasa, saya berkomitmen untuk memberikan layanan yang tidak hanya mematuhi standar hukum dan etika tertinggi, tetapi juga disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Perumda Kampar Aneka Karya. Layanan ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses pengadaan, sekaligus memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

 

Kelebihan SOP Pengadaan:

Tidak hanya menyajiakan flowchart, namun flowchart yang dikembangkan, dirincikan pada batang tubuh petunjuk teknis secara naratif deskriptif dan dilengkapi format-format dokumen pada masing-masing prosedur serta petunjuk penggunaannya dan berbagai pengaturan otorisasi dokumen untuk menegaska pertanggungjawaban pengambilan Keputusan pada masing-masing prosedur di tiap Langkah flowchart SOP

 

Adapun tarif yang kami tawarkan adalah sebagai berikut:

 

1.      Untuk UKPBJ Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah: Rp80.000.000 (delapan puluh juta rupiah)

2.      Untuk Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD): Rp 150.000.000,- (Seratus lima puluh juta Rupiah)

3.      Untuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD): Rp 200.000.000,- (Dua ratus juta Rupiah)

4.      Dapat memesan Sebagian produk sesuai kebutuhan

Silahkan dapat menghubungi kontak saya sendir di 085330686593

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membedah Rahasia Dokumen Referensi Harga: Panduan Lengkap Menyusun Prompt untuk Pengadaan Barang yang Efektif dan Transparan

4 Langkah Strategis Pembuatan Etalase Produk Konstruksi Katalog Elekronik

Mengulas SE Kepala LKPP No 3 Tahun 2024 Tentang Panduan Penyelenggaraan E-Purchasing Katalog Melalui Metode Mini-Kompetisi Bagi PPK dan PP