Jumat, 28 Maret 2025

๐ŸŽฏ “Multi-Channel Procurement Planning: Jurus Baru Hadapi Risiko Rantai Pasok dalam Pengadaan Pemerintah”

Penulis/Pengulas: Agus Arif Rakhman, M.M., CPSp.

Artikel ini mengulas artikel jurnal yang tahun lalu cukup viral dalam dunia literasi 

Liu, A, Wang, X, & Tang, J (2024). Optimizing multi-channel procurement planning under disruption risks. International Journal of Production Economics, Elsevier, https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0925527324002032

Kami mengolahnya dalam analisis sederhana karena menurut pandangan saya dapat diterapkan pada pengadaan barang/jasa pemerintah jika memang NKRI mau adaptif dengan perkembangan zaman, semoga berguna



Pendahuluan: Apakah pengadaan pemerintah kita siap menghadapi badai risiko? Ketika pandemi, krisis global, dan fluktuasi harga melanda, banyak pengadaan barang/jasa (PBJ) tersendat. Tapi jangan khawatir—penelitian Liu, Wang, & Tang (2024) hadir sebagai inspirasi segar! Lewat artikel berjudul "Optimizing Multi-Channel Procurement Planning Under Disruption Risks", mereka menawarkan pendekatan cerdas: pengadaan multi-saluran yang fleksibel dan tangguh. Yuk, kita kupas manfaatnya dan bagaimana strategi ini bisa direplikasi dalam regulasi PBJP kita. ๐Ÿš€


๐Ÿ” Inti Gagasan Penelitian: Penelitian ini menyoroti bahwa mengandalkan satu saluran pengadaan—misalnya hanya dari satu penyedia atau satu jenis kontrak—sangat berisiko. Mereka menawarkan tiga saluran pengadaan sekaligus:

  1. ๐Ÿญ Primary Supplier (Penyedia Utama) – lewat kontrak jangka panjang.

  2. ๐Ÿ› ️ Backup Supplier (Pemasok Cadangan) – dengan kontrak opsi, siap siaga saat dibutuhkan.

  3. ๐Ÿ’ธ Spot Market (Pasar Spot) – fleksibel, bisa beli kapan saja meski dengan harga fluktuatif.

Model mereka memanfaatkan pendekatan stokastik untuk mengantisipasi risiko gangguan, ketidakpastian permintaan, dan volatilitas harga. Hasilnya? Pengadaan jadi lebih hemat dan tahan banting. ๐Ÿ’ช


๐Ÿšฆ Dampaknya Jika Diterapkan dalam Kebijakan PBJP Pemerintah:

1. ๐Ÿ”„ Diversifikasi Saluran = Pengadaan Lebih Adaptif

❗ Masalah: Ketergantungan pada satu penyedia atau katalog pusat ✅ Solusi: Regulasi perlu membuka ruang e-purchasing lokal, kontrak payung regional, dan penyedia cadangan ๐Ÿ“ฆ

2. ⚖️ Perencanaan Berbasis Risiko

❗ Masalah: Formulir perencanaan pengadaan (FPP) belum memasukkan analisis risiko secara komprehensif ✅ Solusi: Terapkan modul risiko di SIPD dan SIRUP ๐Ÿ“Š

3. ๐Ÿงพ Kontrak Opsi: Siap-Siap Tanpa Boros

❗ Masalah: Sulit melakukan pengadaan fleksibel tanpa kontrak pasti ✅ Solusi: Atur legalitas standby contract & kontrak opsi dalam PerLKPP ๐Ÿ“‘

4. ๐Ÿงฎ Ukur Ketahanan Rantai Pasok

❗ Masalah: Indikator kinerja pengadaan terlalu fokus pada penyerapan dan kecepatan ✅ Solusi: Tambah indikator "resiliensi rantai pasok" dan "ketersediaan layanan publik saat krisis" ๐Ÿ“ˆ

5. ๐Ÿค– Dukungan Digitalisasi Prediktif

❗ Masalah: Sistem e-proc masih administratif ✅ Solusi: Tambahkan fitur prediksi harga, risiko pasok, dan simulasi gangguan ๐Ÿ”๐Ÿค–


๐ŸŽฏ Rekomendasi Strategis Kebijakan:

๐Ÿงฉ Aspek ๐Ÿ’ก Rekomendasi Kebijakan
Regulasi Tambahkan pasal tentang pengadaan adaptif dan multi-saluran
Operasional Susun template kontrak opsi & standby supplier resmi
Digitalisasi Integrasi analisis risiko ke sistem perencanaan PBJ
Kapasitasi SDM Latih Pokja dan PPK dalam risk-based procurement ๐Ÿ“š
Evaluasi Kinerja Kembangkan dashboard ketahanan pasok ๐Ÿ“Š

Penutup: Pengadaan barang/jasa bukan sekadar belanja—ini soal menjaga layanan publik tetap berjalan dalam segala kondisi. ๐Ÿ’ผ๐ŸŒช️ Dengan belajar dari pendekatan multi-channel procurement ala Liu et al. (2024), kita punya peluang besar untuk menyusun regulasi PBJP yang lebih adaptif, efisien, dan tangguh. Ayo, transformasi kebijakan pengadaan dimulai dari sini! ๐Ÿ› ️๐Ÿ“ฆ๐Ÿš€

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AI di Pengadaan Menunggangi Gelombang Perubahan atau Tenggelam dalam Penyangkalan?

AI di Pengadaan Menunggangi Gelombang Perubahan atau Tenggelam dalam Penyangkalan? Penulis: Agus Arif Rakhman, M.M., CPSp. Sebuah kegelisaha...